Idealnya perbankan nasional hanya mengisyaratkan ekuitas sekitar 10 hingga 20% sebab untuk membangun satu lain butuh investasi sekitar 200 hingga 250 juta US Dollar.
Baca Juga: Masyarakat Apresiasi Langkah Tegas BRI Selesaikan Kasus Kredit Fiktif Ciamis ke Ranah Hukum
Di lain hal, ekuitas yang diberikan perbankan asing hanya sekitar 10% dengan bunga yang kecil karena itulah hilirisasi di Indonesia didominasi dan dikuasai oleh asing.
China getol melakukan ekspansi besar-besaran di Indonesia dalam membangun Kawasan Industri nikel.
Melalui komitmen atau BRI antara Indonesia dan China investasi China adalah menggarap Nikel di Indonesia makin mulus.
Baca Juga: Menanamkan Semangat Kepemimpinan: Wapres Yakin Gerakan Pramuka Mampu Menjadi Calon Pemimpin Bangsa
Data menunjukkan industri Nikel di Indonesia bergeser dengan cepat dalam kurun waktu 4 tahun terakhir.
Pada tahun 2014 produksi Nikel masih dikuasai PT. Vale Indonesia Tbk, Inco sebesar 25%, PT. Aneka Tambang Tbk 19% dan perusahaan lainnya 3%.
Namun pada tahun 2021 PT. Indonesia Morowali Industri menguasai 50% produksi Hilir Nikel, Inco berkurang 22%, ANTM hanya 7% dan PT Virtue Dragon Nickel Industry mengontrol 11%.
Baca Juga: Begini Kondisi Rian, Dado Dan Teja Setelah Alami Cedera Pada Laga Persib melawan Barito Putera
Dengan total data demikian, artinya hampir 70% tambang Nikel dikontrol oleh ASI dalam hal ini di control oleh China.
Kata anggota Komisi 7 DPR dari Fraksi Partai Demokrat Zulfikar Hamonangan menyatakan bahwa tembang dan spell teknikal di Indonesia sudah 90% dikuasai oleh China.
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Zulfikar pada rapat kerja dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM pada hari Senin 21 November 2022 lalu.
Baca Juga: Piala AFF U-23, Shin Tae-yong Bawa 23 Pemain Timnas Terbang ke Thailand
Faisal Basri sempat menyinggung kebijakan pemerintah yang melarang ekspor Nikel sebab, dengan kebijakan ini katanya akan menjadi berkah bagi Smelter China di Indonesia.