nasional

Ekonom: Belum Genap Setahun, Pemerintahan Prabowo Sudah Tambah Utang Rp501 Triliun!

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 16:00 WIB
ekonom senior Awalil Rizky (dok youtube Awalil Rizky)


Bisnisbandung.com - Ekonom Awalil Rizky menyoroti laporan Kementerian Keuangan yang mencatat penarikan utang baru oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mencapai Rp501,5 triliun hingga 30 September 2025.

Angka tersebut setara dengan 68,6% dari target pembiayaan utang dalam APBN 2025 yang ditetapkan sebesar Rp731,5 triliun.

“Pemerintah telah menarik utang baru senilai Rp501,5 triliun hingga akhir September 2025. Ini angka neto artinya sudah dikurangi pembayaran pokok utang lama,” ujar Awalil dalam kanal YouTube-nya.

Baca Juga: BMKG: Cuaca Panas Ekstrem Masih Berlangsung hingga Awal November 2025

Awalil menjelaskan hingga September 2025 defisit APBN tercatat Rp371,5 triliun atau setara 1,56% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Namun penarikan utang justru lebih besar dari defisit.

“Defisitnya 371,5 triliun tapi utangnya sudah 501,5 triliun. Ini menunjukkan pemerintah menarik utang lebih banyak dari kebutuhan defisit,” katanya.

Menurutnya hal ini lazim terjadi dalam pengelolaan fiskal karena pemerintah perlu menyiapkan dana lebih awal untuk menjaga stabilitas kas negara yang dikenal sebagai strategi front loading atau prefunding.

“Kalau diibaratkan rumah tangga, pemerintah nggak bisa tiba-tiba cari uang ketika butuh. Jadi mereka ngutang duluan buat jaga-jaga,” jelas Awalil.

Baca Juga: Setelah 7 Tahun, Afgan Kembali dengan Single Terbaru 'Kacamata'

Awalil mengakui pendekatan tersebut masuk akal, namun menilai publik perlu mengetahui detail posisi utang pemerintah secara lebih transparan.

“Pemerintah memang menjelaskan penarikan utang tapi belum menyebutkan berapa total utang per 30 September 2025. Itu yang belum disampaikan,” ujarnya.

Selain utang pemerintah juga mencatat pembiayaan non-utang sebesar Rp43,5 triliun yang digunakan untuk investasi dan pengeluaran lain di luar belanja negara.

“Kalau dijumlahkan antara defisit dan pembiayaan non-utang, kebutuhan dananya sekitar Rp458 triliun. Jadi penarikan utang Rp501 triliun itu sudah lebih dari cukup, dan sisanya berpotensi jadi SILPA (sisa lebih pembiayaan anggaran),” terang Awalil.

Baca Juga: Cara Mudah Menyimpan Video dari Facebook untuk Ditonton Kapan Saja

Halaman:

Tags

Terkini