“Ngapain maksa jadi doktor kalau etikanya sudah rusak? Lebih baik mundur saja daripada jadi bahan tertawaan publik,” katanya.
Lebih jauh Rocky Gerung menilai fenomena pejabat yang berlomba-lomba mengejar gelar akademis hanya demi “prestise dan fashion politik.”
Ia menilai banyak politisi yang tidak memiliki kapasitas akademis memadai, namun tetap berusaha mendapatkan gelar tinggi.
“Banyak pejabat yang masuk kampus bukan untuk belajar tapi untuk menambah kebanggaan palsu. Mereka ingin dibilang intelektual padahal publik tahu kemampuan berpikirnya tidak sampai,” sindir Rocky Gerung.
Baca Juga: Dugaan Kelalaian di Balik Runtuhnya Bangunan Ponpes Al-Khoziny Akan Diselidiki
Ia bahkan menyebut banyak disertasi pejabat hanya “produk pesanan”, dibuat oleh asisten atau bahkan dosen pembimbing yang dibayar.
“Kita tahu pola ini. Banyak disertasi yang ditulis bukan oleh yang bersangkutan. Integritas akademis sudah lama diperdagangkan,” ucapnya tajam.
Rocky Gerung menutup dengan kritik reflektif terhadap kualitas disertasi di Indonesia.
Ia menegaskan bahwa karya ilmiah sejati bukan diukur dari tebalnya halaman tapi dari kedalaman berpikir dan kejujuran intelektual.
Baca Juga: Blunder Data Subsidi LPG, Purbaya Akui Kesalahan Baca Angka, Selisih Rp7 Triliun Jadi Sorotan
“Disertasi itu bukan tentang hafalan teori, tapi kemampuan menemukan gagasan baru. Kalau cuma meniru penelitian lama tanpa menemukan dalil baru, itu bukan disertasi,” tuturnya.
Ia pun menyerukan agar dunia akademik kembali pada prinsip dasar keilmuan: berpikir kritis dan jujur.
“Ijazah hanya bukti pernah datang ke sekolah tapi bukan bukti bahwa seseorang membawa pulang pikiran,” pungkasnya.***