Bisnisbandung.com - Pengamat politik Adi Prayitno menilai pernyataan Presiden Prabowo Subianto saat menutup Musyawarah Nasional (Munas) PKS menjadi sinyal penting dalam dinamika politik nasional.
Dalam pidatonya Prabowo menegaskan tak pernah marah atau kecewa terhadap Anies Baswedan meski di Pilpres 2024 lalu Anies hanya memberi dirinya skor 11 dari 100.
Menurut Adi pernyataan ini menunjukkan bagaimana Prabowo ingin menekankan bahwa politik bukan ruang dendam melainkan kontestasi biasa yang diwarnai perdebatan keras.
Baca Juga: Prof. Hikmahanto Tegaskan Indonesia Harus Kawal Proposal Trump untuk Kemerdekaan Palestina
“Kalau dalam debat kandidat semua saling memuji itu justru tidak menarik bagi publik. Debat panas saling mengkritik itulah yang disukai penonton. Tapi setelahnya jangan ada baper apalagi dendam,” ujar Adi dalam youtubenya.
Adi menilai sikap Prabowo yang tetap kalem meski pernah diserang Anies justru mendatangkan simpati terutama dari kalangan ibu-ibu.
“Publik kita tidak suka calon pemimpin yang kerjanya hanya menyerang. Prabowo justru mendapat citra positif karena tidak membalas Anies,” jelasnya.
Lebih jauh Adi juga menyoroti pesan Prabowo soal pentingnya belajar kalah.
Dari lima kali pencalonan presiden, Prabowo empat kali kalah sebelum akhirnya menang di Pilpres 2024.
Baca Juga: Proposal 20 Poin Trump Dinilai Jadi Jalan Israel dan Hamas Akhiri Perang Tanpa Kehilangan Muka
“Pesan Prabowo jelas: politik itu soal jatuh bangun. Jangan cepat menyerah, karena kalah itu hal biasa,” tegas Adi.
Adi menambahkan politik Indonesia punya ciri khas: teman bisa jadi lawan, dan lawan bisa kembali jadi teman.
Hal itu tercermin dari hubungan Gerindra dan PKS, maupun dinamika antara Prabowo dan Anies.
Adi menjelaskan “Dulu Anies diusung Gerindra di Pilkada Jakarta 2017 lalu berhadapan dengan Prabowo di Pilpres 2024. Kini PKS yang sempat bersama Prabowo justru pilih Anies.”
Baca Juga: Hersubeno Arief Beberkan Dugaan Moral Hazard Pertamina dalam Impor Minyak