nasional

Bendera One Piece, Ekspresi Politik Anak Muda Bukan Aksi Makar Kata Adi Prayitno

Sabtu, 9 Agustus 2025 | 10:00 WIB
Bendera One Piece (dok x @CerfiaFR)


Bisnisbandung.com - Pengamat politik Adi Prayitno menilai kontroversi pengibaran bendera One Piece yang ramai dibicarakan belakangan ini.

Adi Prayitno menjelaskan tidak seharusnya langsung dikaitkan dengan makar atau upaya subversif.

Menurutnya fenomena pengibaran bendera One Piece tersebut lebih tepat dilihat sebagai ekspresi simbolik dari kekecewaan anak muda terhadap kondisi bangsa.

Baca Juga: Kemenag Kerap Terseret Kasus Korupsi, Pukat UGM Soroti Paradoks di Kementerian Agama

"Anak muda ini cinta bangsa dan negara. Mereka hanya ingin menunjukkan bahwa persoalan kebangsaan kita hari ini masih banyak yang belum tuntas," kata Adi Prayitno dalam youtubenya.

Sepekan terakhir publik terbelah soal bendera bajak laut dari anime populer Jepang itu.

Pihak yang pro menganggapnya sebagai kebebasan berekspresi sementara pihak kontra khawatir hal ini mengganggu kekhidmatan perayaan kemerdekaan di bulan Agustus.

Menurut Adi Prayitno penggunaan simbol pop culture seperti One Piece tak bisa dilepaskan dari sejarah politik simbol di Indonesia.

Ia mengingatkan bahwa sejak era reformasi, aktivis kerap menggunakan ikon tokoh seperti Soekarno, Che Guevara, atau Mahatma Gandhi untuk menyampaikan kritik.

Baca Juga: Kasus Nadiem di KPK dan Kejaksaan, Efektivitas Penanganan Jadi Sorotan

"One Piece dipilih karena dianggap mewakili rasa kecewa dan marah terhadap situasi politik saat ini," ujarnya.

Adi Prayitno menegaskan para penggemar One Piece yang memasang bendera tersebut umumnya adalah anak muda, aktivis, dan mahasiswa yang ingin menyampaikan pesan bahwa negara belum sepenuhnya berpihak kepada rakyat.

"Rasanya jauh sekali kalau dibilang mereka mau makar. Ini politik simbol, bentuk protes yang sah di negara demokratis," katanya.

Fenomena ini lanjut Adi Prayitno bisa dibaca sebagai bagian dari gerakan sosial.

Baca Juga: Pendukung Silfester Minta Amnesti Prabowo, Refly Harun: Harus Ada Ketidakadilan Nyata Dulu

Halaman:

Tags

Terkini