Bisnisbandung.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menanggapi kritikan dari Atalia Praratya, istri mantan Gubernur Ridwan Kamil.
Atalia Praratya mengkritik soal kondisi ruang kelas di Jawa Barat yang disebut terlalu padat bahkan berisi hingga 50 siswa.
Dedi Mulyadi menyampaikan terima kasih atas perhatian tersebut, namun menegaskan bahwa kebijakan tersebut diambil sebagai bentuk kepedulian agar anak-anak tidak putus sekolah.
Baca Juga: Misteri Perpustakaan Alexandria: Pusat Ilmu Dunia yang Dibakar dan Dilupakan Sejarah?
“Terima kasih Bu Atalia atas kritik dan perhatian Ibu. Saya prihatin atas kondisi ruang kelas yang diisi 43 sampai 50 siswa. Tapi ini hanya terjadi di 38 sekolah dari seluruh sekolah negeri yang ada,” ujar Dedi Mulyadi dalam instagramnya.
Dedi Mulyadi menjelaskan kebijakan tersebut bukan tanpa alasan.
Banyak siswa tinggal dekat sekolah tetapi tak tertampung karena keterbatasan ruang.
“Daripada mereka harus pindah ke tempat yang jauh dan berpotensi putus sekolah, kami tampung mereka. Ini pilihan terpaksa tapi demi masa depan mereka,” tegasnya.
Ia juga merespons perbandingan Atalia dengan Sekolah Rakyat yang memiliki jumlah siswa per kelas hanya 25 orang.
“Tidak adil jika dibandingkan begitu saja. Sekolah Rakyat mendapat atensi khusus dari Presiden sebagai bentuk kepedulian terhadap anak-anak miskin. Saya sangat mendukung program itu,” tambahnya.
Dalam pernyataannya Dedi Mulyadi juga menyinggung lambatnya pembangunan sekolah menengah atas (SMA) dan kejuruan (SMK) di masa pemerintahan sebelumnya.
Ia menyodorkan data sejak 2020 hingga 2024, 2020: Tidak ada pembangunan unit sekolah baru, 2021: Hanya 2 SMA baru, 2022: Hanya 1 SMA baru, 2023: 6 unit (1 SMA, 3 SMK, 2 SLB), 2024: 5 unit (1 SLB, 3 SMA, 1 SMK).
“Baru di 2025 kami akan bangun 15 sekolah baru. Dan insyaallah tahun depan target saya 50 unit sekolah baru akan dibangun,” jelasnya.