bisnisbandung.com - Video terbaru yang diunggah oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka melalui akun YouTube pribadinya menjadi sorotan publik.
Meskipun secara teknis video tersebut menuai pujian karena pengemasan visual yang canggih dan narasi yang mengangkat tema besar mengenai masa depan Indonesia, tanggapan publik di kolom komentar mayoritas bernada kritis.
Pegiat media sosial Alifurrahman memberikan ulasan tajam terkait respons publik terhadap video tersebut.
Baca Juga: PAN Gaspol 2029, Zulkifli Hasan: Capres Oke, Cawapres Nanti Kita Bahas!
Menurutnya, materi yang disampaikan dalam video Gibran sebenarnya kuat secara konsep dan tampilan, tetapi terhambat oleh sosok yang menyampaikannya.
“Kalau kita mengacu kepada judulnya, gitu ya, secara judul itu bagus sekali. Tapi ketika yang bicara adalah Gibran, gitu ya, ini menjadi enggak nyambung, gitu,” gamblangnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube Seword TV, Selasa (22/4).
Ia menyoroti ketidaksesuaian antara narasi besar yang diangkat dengan citra Gibran yang selama ini dikenal tidak komunikatif dalam berbagai kesempatan publik.
Baca Juga: Pengamat Ekonomi Sebut Program Pemerintah Boros: Sri Mulyani Pusing, Saya Juga Pusing!
Alifurrahman juga mempertanyakan kredibilitas Gibran untuk membahas isu besar seperti bonus demografi dan masa depan Indonesia, terutama karena rekam jejak komunikasi Gibran yang sering kali dinilai kurang substansial dan minim penjelasan mendalam.
“Seandainya yang bicara itu Presiden Prabowo Subianto, ini pasti bagus pasti bagus, gitu. Tapi karena yang bicara adalah Gibran, yang secara pribadi, secara latar belakang, dia itu ya cukup bermasalah, gitu ya,” ungkapnya.
Ia menilai, narasi yang kuat justru kehilangan dampaknya karena dibawakan oleh figur yang dianggap belum menunjukkan kapasitas kepemimpinan secara menyeluruh di ruang publik.
Baca Juga: Hari Kartini Tercoreng, Dedi Mulyadi Geram: Rumah Sakit Tak Boleh Tolak Pasien!
Lebih lanjut, Alifurrahman menilai bahwa publik sulit memisahkan pesan dari pembawa pesan.
Dalam hal ini, Gibran dianggap memiliki beban persepsi negatif di mata masyarakat, terutama terkait jalur politiknya yang diyakini banyak pihak sebagai hasil dari kekuatan politik ayahandanya, mantan Presiden Joko Widodo.