Ia menilai seluruh jurnalis yang hadir tetap menjaga independensi dan kredibilitas.
“Uni Lubis, Najwa Shihab, Bang Vito, hingga jurnalis TV One dan Kompas mereka semua dikenal kritis. Tak ada yang goyah hanya karena diundang Presiden,” kata Adi Prayitno.
Ia bahkan mencontohkan bagaimana media seperti Tempo dan Media Indonesia pun tetap konsisten mengkritisi kebijakan pemerintah meskipun tak hadir dalam dialog tersebut.
Meski mengapresiasi keterbukaan Presiden, Adi Prayitno menggarisbawahi pertanyaan publik soal absennya beberapa media besar seperti Tempo dan Media Grup (Metro TV, Media Indonesia).
Baca Juga: Indonesia Bukan Negara ‘Ecek-Ecek’ Guru Besar IPB: Saatnya Tantang Hak Veto Amerika
“Wajar jika publik bertanya. Kenapa media-media yang selama ini cukup kritis justru tidak diundang? Semoga ke depan pemerintah lebih inklusif,” ujarnya.
Menutup analisanya Adi Prayitno menegaskan pentingnya menjadikan dialog seperti ini sebagai budaya politik baru di Indonesia.
Ia menyebut transparansi dan komunikasi langsung akan memperkuat kepercayaan publik terhadap pemerintah.
“Semoga ini bukan cuma seremonial tapi jadi tradisi. Presiden hadir langsung menjawab pertanyaan rakyat tanpa sensor,” tutupnya.***