bisnisbandung.com - Dokter Tifa menduga adanya upaya sistematis untuk membentuk opini negatif terhadap Presiden Prabowo Subianto.
Ia menyatakan bahwa kelangkaan gas elpiji 3 kg, antrean panjang, serta potensi hilangnya gas 12 kg merupakan bagian dari strategi tertentu untuk menimbulkan keresahan di masyarakat.
“Operasi Sistematis untuk membuat Rakyat marah terhadap Presiden @prabowo,” tulisnya dilansir Bisnis Bandung dari akun X pribadinya.
Baca Juga: Rocky Gerung: Jangan Biarkan Nusron Sendirian Melawan Warisan Oligarki Jokowi!
“Gas rakyat 3 kg hilang hingga rakyat harus antre. Sebentar lagi gas 12 kg akan hilang. Yang menderita bukan hanya rumah tangga tetapi juga pedagang-pedagang kecil,” terusnya.
Menurutnya, yang menderita akibat kebijakan ini bukan hanya rumah tangga, tetapi juga para pedagang kecil yang menggantungkan hidupnya pada gas bersubsidi.
Kelangkaan gas elpiji 3 kg semakin dirasakan masyarakat sejak pemerintah menerapkan kebijakan penjualan hanya melalui pangkalan resmi atau subpenyalur Pertamina.
Kondisi ini memicu antrean panjang dan keluhan dari masyarakat, terutama rumah tangga serta pelaku usaha kecil yang bergantung pada gas bersubsidi tersebut.
Baca Juga: Napoli Gagal Menang Melawan AS Roma, Ini Komentar Antonio Conte
Sejak 1 Februari 2024, pemerintah resmi melarang penjualan gas elpiji 3 kg di pengecer demi meningkatkan efisiensi dan menghindari penyalahgunaan distribusi.
Pengecer yang ingin tetap menjual gas ini diwajibkan mendaftar sebagai subpenyalur melalui sistem Online Single Submission (OSS) untuk memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB).
Kebijakan ini bertujuan untuk memastikan penyaluran elpiji 3 kg berjalan lebih transparan dan tepat sasaran.
Namun, kebijakan ini justru menyebabkan kelangkaan di berbagai daerah. Salah satu subpenyalur resmi Pertamina di Jakarta mengungkapkan bahwa stok gas yang diberikan oleh agen sangat terbatas, hanya sekitar 5-10 tabung per hari.
Baca Juga: Perlunya Regulasi Media Ramah Anak di Indonesia Menjadi Perhatian ATVLI