bisnisbandung.com - Proses pembongkaran pagar laut ilegal di perairan Tangerang, Banten, menghadapi tantangan signifikan.
Brigjen TNI (MAR) Harry Indarto, salah satu tokoh utama yang memantau operasi ini, menjelaskan bahwa kendala utama berasal dari keberadaan keramba dan jaring apung milik nelayan setempat.
“Ya, kendala utama yang kita hadapi pada saat kita masuk ke sekitaran Desa Kohod, ya ini banyak bagan-bagan belum rapat,” ungkapnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube Metro TV, Selasa (28/1/25).
Baca Juga: Drama Pagar Laut Bikin Investor Kabur, Alifurrahaman Soroti Pemerintah Seperti ‘Cuci Tangan’
“Menjadi kendala utama karena di sepanjang Desa Karangasem sampai ke Tanjung Kait itu bagan-bagan masyarakat, ya bagan karamba kemudian jaring apung, itu cukup banyak sehingga agak menyulitkan kita dalam hal manuver kapal untuk menarik pagar-pagar bambu ini,” terusnya.
Hal ini menyulitkan manuver kapal penarik yang digunakan untuk membongkar pagar-pagar bambu tersebut.
Menurut Brigjen Harry, area di sekitar Desa Kohod hingga Tanjung Kait menjadi salah satu lokasi yang paling sulit ditangani.
Baca Juga: Gen Z Mendominasi Sebagai Kalangan yang Paling Puas dengan Kinerja Presiden Prabowo
Banyaknya bagan, keramba, dan jala apung milik masyarakat lokal menyebabkan keterbatasan ruang gerak kapal, sehingga memperlambat proses pembongkaran.
Proses pembongkaran pagar laut ilegal di perairan Tangerang, Banten, terus berlanjut dengan hasil signifikan. Hingga hari keenam, tim gabungan telah berhasil membongkar pagar sepanjang 18,7 km.
Namun, kendala utama yang dihadapi di lapangan adalah keberadaan keramba dan jaring apung milik nelayan setempat yang menghalangi manuver kapal selama proses pembongkaran.
Baca Juga: Dugaan Korupsi Jokowi Terungkap, Ini yang Dikatakan Ikrar Nusa Bhakti
Pada Senin pagi, tim gabungan yang dipimpin oleh TNI Angkatan Laut kembali membongkar pagar laut sepanjang 3,2 km, yang terbagi menjadi dua lokasi: 2,7 km di perairan Tanjung Pasir dan 500 meter di perairan Kronjo.