nasional

Soroti Program Makan Siang Bergizi, Refly Harun Ungkit Kenapa harus Studi Banding ke Swedia?

Kamis, 9 Januari 2025 | 22:00 WIB
Refly Harun, Pakar Hukum Tata Negara (Tangkap layar youtube Refly Harun)

bisnisbandung.com - Refly Harun mengkritisi kunjungan kerja Komisi IV DPR RI ke Swedia untuk mempelajari program makan siang bergizi.

Menurut Refly, langkah tersebut tidak relevan dan terhitung menghamburkan anggaran negara.

“Tidak masuk akal, masih ya? Republik Indonesia yang penduduknya 207.280.000, lalu studi bandingnya ke Swedia, negara seuprit. Ya, dari sisi manajemennya saja sudah enggak masuk akal. Tidak Apple to Apple,” ujarnya.

Baca Juga: Mahfud MD Yakin Jokowi Aman Secara Hukum Meski Masuk Nominasi Pemimpin Korup

Studi banding yang telah berlangsung pada 19-22 Mei 2024 ini melibatkan delegasi besar, termasuk Ketua dan Wakil Ketua Komisi IV DPR, perwakilan kementerian, Badan Pangan Nasional, serta PT Pupuk Indonesia.

Selain mempelajari program makan siang gratis di Swedia, delegasi juga mengeksplorasi kerja sama di bidang peternakan, perikanan, dan kehutanan sosial.

 Namun, Refly menilai bahwa kunjungan ini tidak tepat jika dibandingkan dengan kondisi Indonesia yang memiliki populasi jauh lebih besar dan tantangan yang berbeda.

Swedia, dengan populasi sekitar 10 juta jiwa, dianggap tidak bisa menjadi acuan langsung bagi Indonesia yang memiliki lebih dari 200 juta penduduk.

Baca Juga: Prabowo Masuk Daftar 10 Pemimpin Dunia Paling Berpengaruh 2025, Apa Kata Mahfud MD?

Refly menilai program makan siang gratis di Swedia berhasil karena negara tersebut memiliki sumber daya yang melimpah dan manajemen yang baik, sesuatu yang masih menjadi tantangan di Indonesia.

Ia juga mengkritik besarnya rombongan yang mengikuti studi banding ini. Menurutnya, kunjungan semacam ini sering kali tidak memberikan manfaat signifikan bagi negara, tetapi justru digunakan sebagai ajang jalan-jalan yang dibiayai negara.

Refly menyarankan agar pembelajaran seperti ini cukup dilakukan melalui presentasi dari perwakilan Swedia atau menggunakan teknologi komunikasi tanpa harus mengirim delegasi besar ke luar negeri.

Studi banding ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas pengelolaan anggaran negara, terutama dalam kondisi ekonomi yang membutuhkan efisiensi.

Baca Juga: Chico Hakim Klaim KPK Geledah Rumah Hasto untuk Tutupi Isu OCCRP Jokowi Terkorup

Halaman:

Tags

Terkini