Terowongan ini juga memiliki kapasitas parkir yang dapat menampung 800 hingga 1000 kendaraan yang akan digunakan bersama oleh jemaat Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
Dengan biaya pembangunan yang mencapai Rp 38,9 miliar dan memakan waktu 280 hari proyek ini menjadi contoh konkret dari upaya pemerintah untuk menciptakan ruang publik yang lebih inklusif dan harmonis.
Di balik semua itu terowongan ini juga menjadi bagian dari misi pemerintah untuk terus memperkuat rasa toleransi antar umat beragama di Indonesia.
Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa dengan adanya terowongan ini diharapkan bisa memberikan contoh bagi umat beragama lainnya untuk menjalin hubungan yang lebih harmonis.
Baca Juga: Rudi S Kamri Prediksi Jokowi Bisa Menjadi Gelandangan Politik, Pernah Disematkan untuk Amien Rais
"Terowongan ini adalah simbol bahwa toleransi dan silaturahmi tidak hanya penting, tetapi juga harus terwujud dalam bentuk nyata seperti ini," tambahnya.
Selain itu Nasaruddin Umar juga menekankan bahwa keberadaan terowongan ini akan semakin memperkuat hubungan antara dua rumah ibadah terbesar di Jakarta yang selama ini telah dikenal dengan semangat toleransi yang tinggi.
Pembangunan Terowongan Silaturahmi Istiqlal-Katedral tidak hanya menyangkut aspek fisik semata tetapi juga mencerminkan komitmen Indonesia untuk memelihara dan memperkuat toleransi antar umat beragama menjadikannya sebagai simbol persatuan dalam keberagaman.***