bisnisbandung.com - Kemenangan pasangan Pramono dan Rano Karno dalam Pilkada Jakarta 2024 menjadi sorotan, terutama dengan absennya gugatan hukum dari kubu Ridwan Kamil-Suswono ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Pengamat politik Hersubeno Arief memberikan analisis tajam terkait hasil ini, sembari menyoroti dampak dari keterlibatan "Mulyono," nama lain yang ia gunakan untuk merujuk pada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Mulai hari ini resmi, ya, Jakarta itu terbebas dari Mulyono. Setidaknya, Mulyono tidak akan bisa cawe-cawe di Jakarta,” ungkapnya dilansir dari youtube Hersubeno Point.
“Setelah tadi malam sampai batas waktu pukul 11.59, tim hukum dari pasangan Ridwan Kamil-Suswono tidak memasukkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi,” sambungnya.
Hersubeno menilai bahwa hasil Pilkada Jakarta merupakan cerminan penolakan masyarakat terhadap dominasi politik Jokowi.
Ia menyoroti bahwa keterlibatan Jokowi dalam mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono justru menjadi beban politik yang sulit diatasi.
Baca Juga: Rendahnya Partisipasi Pilkada Demokrasi Kita Jadi Cacat, Kata Geisz Chalifah
Hal ini, menurutnya, terbukti dari rendahnya tingkat dukungan, meskipun pasangan tersebut didukung oleh 15 partai politik, termasuk PKS yang biasanya memiliki mesin politik kuat.
Lebih lanjut, Hersubeno mencatat bahwa simpatisan PKS, yang sebelumnya solid, mulai menjauh setelah partai tersebut mendukung Ridwan Kamil-Suswono.
Keputusan PKS untuk meninggalkan sosok Anies Baswedan dan bergabung dengan kubu Jokowi disebut sebagai salah satu alasan utama melemahnya dukungan terhadap pasangan ini.
Selain itu, Ia menyoroti bahwa pengaruh Jokowi, yang sebelumnya besar di Jakarta, kini justru menjadi kontraproduktif, dengan warga Jakarta secara tegas menolak keterlibatannya.
Hersubeno Arief menyebut kemenangan Pramono Rano sebagai sinyal bahwa Jakarta telah terbebas dari pengaruh Jokowi.
Baca Juga: Rocky Gerung: Warisan Defisit Jokowi Jadi Beban Berat untuk Prabowo