Bisnisbandung.com - Pengamat politik Rocky Gerung kembali melontarkan kritik tajam terhadap Presiden Jokowi.
Menurut Rocky Gerung menjelang akhir masa jabata, Jokowi disebut masih mengerahkan sumber daya negara untuk memoles citranya.
Rocky Gerung menyebut langkah tersebut sebagai "keterlaluan" karena menggunakan anggaran negara yang besar bahkan mencapai miliaran rupiah hanya untuk memperkuat pencitraan.
"Ini luar biasa, menjelang lengser saja Pak Jokowi masih menghabiskan dana APBN untuk glorifikasi keberhasilannya. Semua departemen, lembaga, bahkan pemerintah daerah dari tingkat 1 sampai 2 diminta untuk memuji-muji pencapaiannya," ujar Rocky Gerung yang dikutip dari youtube pribadinya.
Rocky Gerung menyoroti bagaimana Jokowi terus-menerus berusaha mempertahankan citra sukses di mata publik meskipun kenyataannya tingkat kepuasan terhadap dirinya semakin merosot.
"Bayangkan di akhir masa jabatan ini Pak Jokowi masih menggelontorkan dana besar untuk memperindah citranya. Padahal publik semakin sadar bahwa pencitraan itu hanyalah ilusi," tambah Rocky Gerung.
Ia menegaskan bahwa pencitraan yang dipaksakan ini tidak akan bisa mengubah persepsi publik yang sudah terlanjur kritis terhadap kinerja Jokowi selama dua periode.
Dalam pandangan Rocky Gerung pencitraan yang berlebihan ini justru bisa merusak warisan politik Jokowi.
Ia membandingkan dengan mantan presiden seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang setelah lengser tetap aktif dalam kegiatan produktif seperti melukis dan menulis sehingga tidak mengalami "krisis identitas."
"Saat SBY selesai menjabat ia tetap hidup tenang dengan hobinya. Berbeda dengan Pak Jokowi yang seolah-olah tidak bisa hidup tanpa pencitraan. Ketika pencitraan hilang, apa yang tersisa?" kata Rocky Gerung.
Tak hanya itu Rocky Gerung juga menyoroti bagaimana Jokowi berusaha tetap relevan dalam pemerintahan mendatang termasuk dalam penyusunan kabinet Prabowo Subianto.
Menurut Rocky Gerung, Jokowi kemungkinan ingin mempertahankan pengaruh politiknya meskipun masa jabatannya sudah berakhir terutama dengan menempatkan Gibran dalam posisi strategis.
Baca Juga: Perkumpulan DPLK dan bank bjb Edukasi Mahasiswa Cerdas Dalam Kelola Keuangan di Usia Muda