Menurutnya, sikap ini justru bisa menjadi bumerang bagi Medistra, yang berpotensi kehilangan tenaga medis berkualitas seperti Dr. Diani Kartini, seorang spesialis bedah subspesialis onkologi yang memutuskan untuk mengundurkan diri.
Kritik ini semakin tajam mengingat perbedaan penanganan isu diskriminasi hijab di Medistra dengan kasus serupa yang pernah terjadi di Indonesia, seperti kewajiban berhijab bagi siswa non-Muslim di Padang.
Kontroversi ini memperlihatkan bagaimana isu diskriminasi agama bisa memicu perdebatan di masyarakat, terutama ketika ada ketidakadilan dalam penanganan kasus serupa yang melibatkan kelompok mayoritas dan minoritas.
Baca Juga: Ikrar Nusa Bakti Ungkap Strategi Politik Anies: Partai, Kekuasaan, atau Koalisi Prabowo?
Kasus ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai komitmen Rumah Sakit Medistra terhadap prinsip-prinsip keadilan dan penghormatan terhadap hak individu.
“Semua ini didukung oleh staf yang terlatih dan penuh kasih sayang. Mereka sangat berpengalaman dalam menangani pasien VVIP dan lansia,” jelas Hersubeno Arief yang mengkritisi skandal tersebut.
“Rupanya, inilah yang menjadi dasar standar mereka; karena banyak pasien VVIP dan lansia, mereka tidak mau jika ada yang berjilbab,” sambungnya.***