Bisnisbandung.com - Dalam persiapan menghadapi Pilkada DKI Jakarta 2024, PDIP secara resmi mengusung Pramono Anung sebagai calon gubernur.
Pengamat politik Adi Prayitno menyebut langkah ini sebagai strategi untuk meredam ketegangan politik yang berpotensi memanas jika figur kontroversial seperti Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) atau Anies Baswedan yang diusung.
Adi Prayitno menjelaskan bahwa Pramono Anung dipilih karena dianggap mampu menjembatani tiga kekuatan politik utama: Jokowi, Prabowo Subianto, dan PDIP.
"Pramono ini baik dengan Jokowi, diterima dengan baik oleh Prabowo, dan tentunya di PDIP, dia adalah salah satu kader senior yang sangat disegani dan dihormati," ujarnya dilansir dari youtube Cokro TV.
Baca Juga: Presiden Biden Teken RUU Anti-Korupsi, Rocky Gerung Prediksi Jokowi Bisa Terkena Imbasnya!
Menurutnya, dengan mencalonkan Pramono Anung, PDIP berupaya mengurangi resistensi dan tensi politik yang mungkin muncul selama Pilkada.
"Nama Pramono Anung dimunculkan minimal untuk mengurangi ketegangan dan resistensi di Pilkada Jakarta," tambahnya.
Adi Prayitno juga menyoroti bahwa keputusan untuk tidak mengusung Ahok memiliki alasan kuat. Meskipun Ahok masih aktif di dunia politik, sikapnya yang kerap kritis terhadap Jokowi dapat memperburuk hubungan antara PDIP dan Istana.
Baca Juga: Mengapa Jokowi Harus Mundur? Rocky Gerung Jelaskan Alasan di Balik Desakannya
"Kalau Ahok dimajukan, suasana politik antara PDIP dan Istana akan kembali berhadap-hadapan," jelasnya
Selain itu, Ia menyebut bahwa mengusung figur seperti Anies Baswedan juga bisa memanaskan situasi.
Mengingat banyak pihak yang tidak menyukai Anies, termasuk saat Pilpres kemarin, PDIP memilih untuk tidak menambah beban dengan mengusung sosok yang kontroversial.
"Memilih Pramono Anung adalah pilihan bijak dari PDIP secara komunikasi politik, terutama kepada Prabowo Subianto dan juga kepada Istana, yaitu Jokowi," katanya.
Baca Juga: Terbongkar! Riza Patria dan Marshel Mundur dari Pilwalkot Tangsel, Ini Alasan Sebenarnya