Tradisi kearifan lokal selanjutnya adalah sadranan. Biasanya ini dilakukan menjelang bulan Ramadhan.
Ini adalah tradisi membersihkan makam para orang tua dan leluhur, sekaligus membagikan makanan tradisional dan berdoa selamatan bersama di sekitar area makam.
Upacara tingkeban, juga merupakan kearifan lokal masyarakat Jawa Tengah. Upacara ini dilakukan pada usia kandungan 7 bulan. Upacara ini mendoakan agar ibu dan calon bayi selamat hingga hari kelahiran.
Baca Juga: Harga Bitcoin Mulai Rebound, Siap Menuju Titik Tertinggi? Ini Kata Robert Kiyosaki
Tradisi Brobosan saat ada keluarga inti yang meninggal. Ini adalah berjalan di bawah peti jenazah yang diangkat tinggi-tinggi.
Tradisi ini bermakna agar keluarga yang ditinggalkan bisa melepaskan diri dari kesedihan. Ini adalah penghormatan terakhir untuk jenazah. Biasanya disertai sesaji yang disiapkan di lokasi upacara.
Tradisi kearifan lokal selanjutnya adalah upacara tedak siten. Biasanya dilakukan saat bayi berusia tujuh bulan.
Anak akan dituntun berjalan di atas tujuh jadah dengan tujuh warna yaitu coklat, merah, kuning, hijau, biru dan ungu. Hal ini melambangkan kehidupan.
Setelah itu anak dibimbing menaiki tangga dari batang tebu jenis arjuna, sebagai symbol dari jenjang kehidupan.
Baca Juga: Rating Sustainalytics BRI Terus Membaik Seiring Kuatnya Pengelolaan Risiko ESG
Setelah itu anak dibiarkan mencakar tanah dengan kaki agar mampu mencari rezeki saat dewasaSelanjutnya anak dimasukkan kurungan yang berisi aneka benda. Benda yang dipilih merupakan gambaran potensi anak.
Tahap kelima adalah anak diberi uang logam dengan bunga dan beras kuning sebagai symbol dan harapan agar dikaruniai rezeki berlimpah.
Setelah itu anak dimandikan dengan kembang setaman, dan diberi baju yang bagus dan bersih.
Tradisi terakhir dalam kearifan lokal Jawa Tengah, adalah tradisi malam satu sura yang biasanya diisi dengan berdoa dan meditasi untuk memohon keselamatan sepanjang bulan Sura.***