Bisnisbandung.com - Pada Sabtu, 1 Juni 2024, Ukraina memulai serangan terhadap Rusia menggunakan rudal NATO di dekat Belgorod.
Meskipun serangan tersebut berhasil dicegat oleh tentara Rusia, ini menandai eskalasi baru dalam konflik yang berkepanjangan antara kedua negara.
Seorang pejabat tinggi Rusia sebelumnya telah memperingatkan bahwa serangan Ukraina terhadap wilayah Rusia dengan menggunakan senjata AS dapat memicu perang dengan negara-negara NATO.
Peringatan ini mencerminkan kekhawatiran mendalam akan meningkatnya intensitas konflik dan potensi keterlibatan lebih banyak negara dalam pertempuran tersebut.
Awalnya, ada batasan yang mencegah Ukraina menembaki wilayah Rusia dengan persenjataan dari Amerika Serikat.
Baca Juga: Perkuat Aliansi, Amerika Serikat Tunjuk Kenya sebagai Sekutu Non-NATO Perdana dari Afrika Sub-Sahara
Batasan ini didasarkan pada kekhawatiran pemerintahan Biden tentang eskalasi perang.
Namun, seiring dengan semakin mendesaknya kebutuhan pertahanan Ukraina dan perubahan taktik sekutu Eropa, AS memutuskan untuk mengubah posisinya.
Perubahan posisi AS ini datang setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Ukraina awal bulan ini.
Selama kunjungannya, Blinken mendengar langsung permintaan Ukraina untuk menyerang sasaran di dalam perbatasan Rusia.
Blinken menegaskan kembali komitmen AS untuk menempatkan Ukraina pada posisi yang mampu menghalangi dan mempertahankan diri dari serangan di masa depan.
Baca Juga: Presiden Putin Ancam NATO Dengan Nuklir Jika Terus Bantu Ukraina
Diplomat Eropa menyatakan bahwa AS merasakan dampak besar dari argumen yang diajukan oleh Ukraina dan sekutu-sekutunya.
Diperkirakan bahwa perubahan kebijakan AS mungkin akan terjadi seiring dengan meningkatnya tekanan dari kepemimpinan NATO dan sekutu Eropa yang mendesak AS untuk memberikan Ukraina kemampuan untuk menyerang sasaran di Rusia.