Bisnisbandung.com - Rocky Gerung mengamati ketegangan politik pasca pemilu menyisakan sejumlah pertanyaan besar di tengah masyarakat.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah mengapa hingga saat ini, Prabowo Subianto yang merupakan Presiden terpilih, dan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP yang meraih suara partai terbanyak, belum juga bertemu.
Rocky Gerung, seorang analis politik yang dikenal dengan sudut pandang tajamnya, mengungkapkan alasan di balik absennya pertemuan antara kedua tokoh tersebut.
Baca Juga: Prabowo Jadi Presiden, Luhut: Kalau Ditawari Jadi Penasihat Saya Mau
Menurutnya, momentum Idul Fitri yang biasanya menjadi momen silaturahmi justru menjadi konteks yang menarik untuk diamati, terutama setelah hasil persidangan Mahkamah Konstitusi (MK) belum final.
"Bagaimana pun, kedua tokoh ini memiliki sejarah yang sama, yaitu terlibat dalam masa-masa politik yang kompleks, termasuk masa pemerintahan Presiden Soeharto yang memperlihatkan ketidakharmonisan antara Prabowo dan Megawati," jelas Rocky Gerung.
Rocky juga menyoroti hubungan yang terjalin di antara keduanya dalam konteks politik sebelumnya, di mana Megawati pernah mengajak Prabowo untuk menjadi wakil presiden, meskipun pada akhirnya hubungan mereka berubah.
Namun, ia menekankan bahwa politik harus dijalankan dengan upaya mencapai konsensus, yang dalam hal ini tergantung pada hasil MK.
"Tetapi konsensus itu kan tergantung pada hasil Mahkamah Konstitusi, jadi terlihat bahwa Pak Prabowo juga menahan diri jangan sampai ada sinyal yang palsu itu," ucap Rocky.
Menurut analisis Rocky Gerung, saat Prabowo mengunjungi Megawati, terdapat penafsiran yang berbeda di kalangan masyarakat.
Baca Juga: Presiden Jokowi Ingin Ketemu Megawati, Hasto: Bertemu Anak Ranting Dulu
"Sekali lagi, masalah ini sebetulnya enteng, tapi menjadi berat karena hubungan antara Prabowo dan Megawati harus diperhitungkan dengan cermat oleh Prabowo dalam konteks hubungan Megawati dengan Jokowi," jelasnya.
Dalam konteks politik yang kini tengah memanas, setiap langkah dan pertemuan antara tokoh-tokoh politik seperti Prabowo dan Megawati tidak lepas dari penafsiran yang beragam.