Bisnisbandung.com - Harga sembako khususnya beras akhir-akhir ini menjadi perbincangan dengan harga yang semakin naik di pasaran.
Namun informasi yang beredar adanya harga beras Singapura yang lebih murah di kisaran harga Rp. 12.324 per kg.
Harga yang tercantum untuk beras Singapura ini diketahui lebih murah dari harga beras RI.
Harga yang dipasang untuk beras Singapura di tahun 2024 sekitar Rp. 12.324 per kg untuk pembeli biasa.
Bahkan untuk grosir dikenakan biaya lebih murah dengan harga Rp. 8.580 per kg.
Banyak pertanyaan dengan beras Singapura yang cenderung lebih murah dari beras RI.
Menteri Dalam Negri (Mendagri) Tito Karnavian akhirnya mengungkapkan alasan beras Singapura yang lebih murah.
Beliau mengatakan jika impor beras keseluruhan yang menjadi alasan harga beras Singapura yang cenderung lebih murah.
Selain itu, beliau mengatakan jika Singapura juga bukan negara produsen melainkan negara yang berfokus pada konsumsi.
Bahkan untuk hal beras, Singapura bahkan banyak mendapatkan beras dari Thailand, Pakistan, dan Vietnam.
"Dia (Singapura) enggak punya pangan, enggak menghasilkan pangan apapun, semuanya impor jadi strateginya beda" Ungkap Tito.
Ungkapan ini langsung dari Mendagri Tito Karnavian dalam rapat koordinasi pengamanan pasokan dan Harga pangan jelang puasa (5/3/2024).
"kalau di Singapura, bagaimana caranya harga serendah mungkin karena yang produsen bukan mereka" Tambah Tito.
Dalam ungkapan ini terungkap jika murahnya harga beras Singapura yang tidak perlu menyesuaikan dengan harga tingkat petani.
Karena di Singapura bahkan bukan produsen yang hanya mendapatkan beras dari negara lain.
Ungkapan ini dibuktikan dari harga beras Singapura yang terbilang cukup murah dibanding dengan beras RI.
Harga beras Singapura di tahun 2024 untuk eceran tercatat 1,06 dolar Singapura atau seharga Rp. 12.324 per kg.
Sedangkan untuk grosir tercatat 0,48 dolar Singapura atau sekitar Rp. 8.580 per kg.
Perbedaan harga ini sangat berpengaruh dari keadaan Negara Republik Indonesia yang berperan sebagai produsen.
Bahkan pemerintah tidak bisa sewenang-wenang mendatangkan beras impor yang akan merugikan petani lokal.
Baca Juga: Julukan Negara - Negara di Asia Tenggara, Mulai dari Zamrud Khatulistiwa Sampai Hell On Earth!
Tetapi di sisi lain, keadaan tersebut bahkan bisa merugikan konsumen yang menilai dari harga beras saat ini.
Tito juga mengatakan jika di Indonesia sangat mempertimbangkan harga beras yang saat ini di pasaran.
"Kalau Indonesia kita enggak, kalau murah sekali kasian petani dan penghasil lainnya, termasuk pengusaha yang menjadi produsen" Ungkap Tito.
Dengan hal ini membuat pemerintah berupaya untuk menyeimbangkan tanpa merugikan pihak manapun.
Dengan keseimbangan yang adil antara produsen dan konsumen yang akan sama-sama menguntungkan.***