Bisnisbandung.com - Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Rahmat Bagja memberikan peringatan terkait potensi kerawanan yang mungkin timbul dalam penggunaan printer dan scanner sebagai alat bantu rekapitulasi suara.
Menurutnya, ada banyak aspek yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan alat-alat tersebut untuk melaksanakan rekapitulasi suara.
Dalam diskusi yang digelar oleh Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC), Bagja menyoroti beberapa aspek yang dianggap krusial.
Baca Juga: Bikin sial sepanjang tahun? Berikut 5 hal yang tidak diperbolehkan saat hari raya Imlek berlangsung
Pertama, ia mengingatkan mengenai kondisi Tempat Pemungutan Suara (TPS), apakah TPS tersebut memiliki aliran listrik atau tidak.
Dikutip dari halaman Bawaslu, Rahmat Bagja mengatakan "Kondisi TPS yang tidak teraliri listrik dapat menjadi masalah serius, terutama jika terjadi pemadaman listrik".
Bagja juga menambahkan "Perlu diperhatikan kemampuan sumber daya manusia Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)".
Menurutnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus memastikan bahwa setiap anggota KPPS memiliki kemampuan untuk mengoperasikan alat printer dan scanner.
Baca Juga: Gak butuh effort lebih, Inilah 4 kebiasaan unik yang bikin orang China tetap awet muda
Hal ini penting karena terkait dengan rekapitulasi manual, di mana formulir diisi dan kemudian diperbanyak melalui fotokopi.
Menyadari potensi kesulitan pengguna dalam mengoperasikan scanner dan mesin printer menggunakan gadget, Bagja memberikan saran agar KPU melakukan pelatihan atau pendampingan.
Meskipun demikian, Bagja memberikan apresiasi terhadap penggunaan alat tersebut, yang dapat membantu mengurangi tingkat kelelahan yang dihadapi KPPS.
Seperti yang terjadi pada Pemilu 2019 di mana harus mengisi formulir dalam jumlah yang banyak.
Baca Juga: Ide Usaha Pie Sosis Serba 1000 Auto Rebutan, dengan Modal Kecil yang Menggiurkan