Bisnisbandung.com - Indonesia memasuki persiapan Pemilu 2024, Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, menyerukan agar tokoh-tokoh bangsa dan politik senior tidak terlibat secara langsung dalam konflik politik.
Dalam pernyataan baru-baru ini terkait Pemilu 2024, Fahri Hamzah menegaskan pentingnya peran mereka sebagai penyejuk suasana dalam pesta demokrasi tanah air.
Menurut Fahri Hamzah, tokoh-tokoh bangsa dan politik senior seharusnya menjadi cadangan untuk persatuan nasional dan penjaga permainan politik agar tetap kondusif pada Pemilu 2024.
Baca Juga: Warga Gaza Bisa Bernafas Lega, Gencatan Senjata Israel Dan Hamas Dinyatakan Diperpanjang
"Ini yang saya cemaskan. Harusnya mereka adalah cadangan bagi persatuan nasional, dan dalam posisi penjaga irama permainan agar tetap dingin," ungkap Fahri Hamzah pada Rabu (29/11/2023).
Sebagai juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Fahri menilai bahwa presiden dan wakil presiden harus menjadi simbol dari persatuan dan kesatuan.
Namun, Fahri Hamzah juga mencatat bahwa masih terdapat saling tuduh-menuduh di kalangan elit politik dengan label-label dari debat masa lalu mengenai rezim lama.
Baca Juga: 3 Cara Memperbaiki Mood Pasca Dicuekin Cewek, Gak Susah Kok Bro!
Hal ini, menurutnya, mencerminkan bahwa perdebatan politik di Indonesia masih berada pada level simbolik.
"Iya masih berputar-putar di wilayah simbolik. Tentu ini sangat perlu untuk disesalkan, tetapi semuanya memang menggambarkan kualitas dari demokrasi Indonesia yang sangat didominasi oleh para pimpinan partai politik yang tidak kunjung masuk ke dalam isu-isu yang penting bagi masa depan generasi mendatang," tambah Fahri Hamzah.
Meskipun demikian, Fahri Hamzah menekankan perlunya persatuan bangsa menjelang peringatan 100 tahun Indonesia merdeka.
Baca Juga: 3 Cara Cowok Sejati Mengendalikan Amarah, Kamu Jadi Terlihat Lebih Keren Bro!
Sebagai Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019, ia mengakui bahwa kesulitan bangsa untuk melepaskan diri dari pesan-pesan simbolik.
Tentang masa lalu dan terjebak dalam politik aliran dan ideologi mencerminkan polarisasi politik yang sulit untuk dihindari.