Baca Juga: Antisipasi Bencana, 191 UPT BMKG di Daerah Dikerahkan Beri Peringatan Cuaca Ekstrem
Sistem ini digunakan untuk memastikan keselamatan penerbangan dan pelayaran, termasuk pembatasan operasional saat cuaca tidak memungkinkan.
BMKG juga melakukan pemantauan cuaca secara real time di jalur-jalur utama transportasi nasional, dengan perekaman kondisi langit seperti hujan, berawan, atau cerah. Informasi ini menjadi dasar pengambilan keputusan operasional di sektor transportasi.
Dalam sidang tersebut, BMKG turut mengingatkan bahwa Indonesia berada di kawasan rawan gempa. Sepanjang tahun ini, tercatat lebih dari 40 ribu kejadian gempa, dengan 917 gempa dirasakan masyarakat dan 24 di antaranya menyebabkan kerusakan.
Baca Juga: Provider Lain Bisa Ketar-Ketir, Internet Rakyat Berpotensi Guncang Industri?
Seluruh aktivitas kegempaan tersebut dipantau melalui jaringan BMKG yang tersebar di 191 wilayah dengan lebih dari 10 ribu alat pemantau cuaca, gempa, dan tsunami.
BMKG juga melaporkan intensitas aktivitas petir yang tinggi, khususnya di Pulau Jawa. Dalam kurun waktu satu minggu saja, sebaran petir menunjukkan aktivitas signifikan.
Untuk itu, BMKG telah memasang lightning detector di 38 unit pelaksana teknis guna memantau lokasi dan intensitas petir secara akurat.
Ke depan, BMKG berencana mengembangkan sistem impact-based forecasting, yakni metode prakiraan cuaca berbasis dampak.***
Artikel Terkait
BRIN Temukan Tiga Badai, Ancaman Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi Kembali
Cuaca Ekstrem Berlanjut, BMKG Waspadai Bibit Siklon di Samudra Hindia
Antisipasi Bencana, 191 UPT BMKG di Daerah Dikerahkan Beri Peringatan Cuaca Ekstrem