Zulhas mengaitkan pengalaman itu dengan bagaimana ia dipersepsikan sebagai pihak yang tidak mampu memberi jawaban sepadan terkait perambahan hutan dan kerusakan lingkungan.
Ia menjelaskan bahwa konteks politik dan birokrasi Indonesia setelah reformasi berbeda jauh dengan negara maju, sehingga penanganan pelanggaran kehutanan tidak bisa disamakan.
Namun narasi dokumenter itu, menurutnya, justru menempatkannya sebagai figur antagonis yang bertolak belakang dengan tujuan penyelamatan lingkungan.
Penuturannya juga mengungkap bahwa insiden tersebut memicu reaksi keras dari pimpinan negara saat itu.
Pemerintah menilai proses wawancara dan pengondisian situasi membuat Indonesia tampak kecolongan dalam diplomasi publik.
“Saat itu Pak SBY marah sama Pak Kuntoro itu. "Kenapa kamu kasih begini?" Iya. Marah Pak. Pak Presiden anggap kita ini kecolongan,” terang Zulhas.***
Baca Juga: Adaptasi dari Novel Populer TikTok, “12 IPA 4” Diangkat Jad Serial Drama Misteri
Artikel Terkait
Kondisi Terisolasi Total, Bupati Tapanuli Tengah Jelaskan Keadaan Tragis Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Utara
Akses Terputus dan Stok Pangan Menipis, Sejumlah Wilayah Terdampak Banjir Sumut Masih Terisolasi
BMKG Ungkap Munculnya Anomali Cuaca Ekstrem di Sumatera dan Aceh Dipicu Kerusakan Lingkungan
Bencana di Sumatera dan Aceh, WALHI Sudah Ingatkan, Pemerintah Longgarkan Izin Eksploitasi Alam
Pengamat Tata Kota Tegaskan Kerusakan Lingkungan Jadi Akar Masalah Banjir Besar di Sumatera dan Aceh
Kayu Gelondongan di Banjir Sumatera Tuai Sorotan, Greenpeace Desak Pemerintah Mereview Izin-Izin Konsensi