Maung Jadi Mobil Dinas? Tanggapan Pengamat Otomotif Disorot

photo author
- Jumat, 24 Oktober 2025 | 20:00 WIB
"Mobil Maung" milik Presiden Prabowo Subianto  (dok x @PenculikBangsat)
"Mobil Maung" milik Presiden Prabowo Subianto (dok x @PenculikBangsat)

Bisnisbandung.com - Pengamat otomotif Fitra Eri menilai bahwa kendaraan taktis Maung yang saat ini menjadi perhatian publik belum dapat disebut sebagai mobil nasional secara penuh.

Meski proses perakitan dilakukan di dalam negeri, sejumlah komponen inti, termasuk sistem penggerak, masih berasal dari luar negeri. Kondisi ini membuat Maung belum sepenuhnya memenuhi unsur kemandirian produksi.

Dalam pandangannya, Indonesia sebenarnya pernah memiliki proyek mobil nasional pada akhir tahun 1990-an melalui Timor yang dirancang untuk menjadi kendaraan rakyat.

Baca Juga: Menkeu Himbau Kepala Daerah Maksimalkan Anggaran, Ini Kata DPR

Namun pergantian kepemimpinan kala itu membuat proyek tersebut tidak berlanjut. Upaya serupa kembali muncul pada era berikutnya, termasuk proyek Esemka yang menerapkan pola kolaborasi dengan pabrikan luar.

Namun, model bisnis yang belum kuat membuat pengembangannya tidak berkembang maksimal.

Terkait keinginan Presiden Prabowo Subianto untuk menjadikan Maung sebagai kendaraan simbol nasional, langkah tersebut dinilai layak jika diarahkan untuk kebutuhan pejabat negara atau institusi pemerintahan.

Baca Juga: Menkeu Himbau Kepala Daerah Maksimalkan Anggaran, Ini Kata DPR

Penggunaan Maung sebagai kendaraan dinas presiden dianggap mencerminkan kebanggaan terhadap produk rakitan dalam negeri.

Namun, apabila ke depannya Maung ingin dipasarkan secara luas kepada masyarakat, proses pengembangannya harus didukung oleh model bisnis yang berkelanjutan.

“Saya mendukung penuh proyek mobil nasional, mobil merek nasional yang mungkin awalnya masih berkolaborasi, tetapi lama-lama kita bisa mandiri. Asal proyek ini disiapkan agar sehat secara bisnis,” ucapnya dilansir dari YouTube Metro TV.

Produksi mobil bukan hanya soal menunjukkan kemampuan industri, tetapi juga menyangkut daya saing harga, efisiensi produksi, rantai pasok, dan kemandirian teknologi.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Terkejut Air Minum Aqua di Subang Ternyata Bukan dari Mata Air Pegunungan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X