Ekonom Senior Murka! Ferry Latuhinin: Purbaya Menyalahi Hukum Ekonomi, Big Nonsense!

photo author
- Sabtu, 11 Oktober 2025 | 12:00 WIB
Menteri Keuangan Purbaya (dok kemenkeu.go.id)
Menteri Keuangan Purbaya (dok kemenkeu.go.id)

“Yang namanya capital flight itu bukan harus ke Singapura. Saat rupiah dikonversi ke dolar di dalam negeri pun itu sudah pelarian modal. Jadi ini logika ekonomi yang salah total,” katanya.

Dalam kesempatan itu Ferry juga menyarankan Presiden Prabowo Subianto untuk lebih jujur dalam menilai kondisi ekonomi warisan pemerintahan sebelumnya.

“Pak Prabowo harus berani jujur mengatakan bahwa beliau mewarisi ekonomi yang tidak baik-baik saja. Infrastruktur memang dibangun tapi produktivitas justru turun. Artinya masalah kita bukan di hardware tapi di software birokrasi, korupsi, dan kepastian hukum,” tegasnya.

Ferry memprediksi bahwa dengan kondisi credit growth yang anjlok dan undisbursed loan mencapai Rp2.735 triliun ekonomi Indonesia berpotensi stagnan seperti Thailand dalam tiga tahun ke depan.

Baca Juga: Klaim Ramah Lingkungan Bioetanol Dipertanyakan, Risiko Deforestasi Jadi Sorotan

“Saya prediksi kalau tren ini berlanjut,kita bisa seperti Thailand zero growth. Dan konsekuensinya berbahaya: pengangguran melonjak, daya beli masyarakat anjlok, tabungan kelas menengah habis,” jelasnya.

Ferry menilai kebijakan Purbaya bahkan lebih tidak logis dibandingkan Sri Mulyani.

Ia menyebut Sri Mulyani memang hanya bertindak sebagai “kasir negara”, namun Purbaya justru berpotensi menabrak logika ekonomi sepenuhnya.

“Kalau Sri Mulyani saya sebut kasir, maka Purbaya ini malah menyalahi hukum ekonomi. Janji ekonomi tumbuh 8% tanpa model ekonomi yang jelas itu ngawur. Paper-nya cuma tabel dan grafik tapi kesimpulannya 8%. No econometric model, no logic!,” ucap Ferry.

Baca Juga: Menteri Dalam Negeri Heran dengan Gubernur yang Protes Pemotongan Anggaran

Ferry mengingatkan Purbaya agar berhenti membuat janji berlebihan, karena ruang fiskal Indonesia sudah sangat terbatas.

“Walaupun rasio utang terhadap PDB kita rendah tapi debt service ratio sudah 24% dari APBN tertinggi di dunia. Jadi jangan bermimpi mau stimulus besar-besaran lagi. Itu menyesatkan,” pungkasnya.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Raga Aditya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X