Bisnisbandung.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri akhirnya buka suara soal keputusannya kembali memimpin partai banteng.
Bukan karena ambisi pribadi melainkan karena satu misi besar, menjaga api ideologi agar tak padam.
Hal itu disampaikan Megawati dalam pidato politiknya yang sarat refleksi dan semangat otokritik.
Baca Juga: Film Ghost In The Cell Angkat Geng Penjara dan Teror Gaib, Siap Rilis Tahun Depan
Ia mengajak seluruh kader PDIP untuk merenung dan menilai kembali komitmen mereka terhadap ajaran Bung Karno.
Dikutip dari youtube kompas, Megawati menjelaskan "Mata hari ini dalam semangat kritik dan otokritik yang menjadi bagian dari lambang kerja partai kita, saya mengajak kita semua untuk merenung dan bertanya dengan jujur kepada diri kita sendiri."
"Sudahkah kita melaksanakan dengan penuh ajaran Bung Karno tersebut? Kalau saya akan menjawab: belum," kata Megawati.
Megawati menegaskan bahwa dirinya tidak butuh kader yang hanya bisa beretorika.
Ia menginginkan kader-kader partai yang mau menyatu dengan rakyat dan rela turun ke bawah.
"Saya tidak butuh kader yang hanya pandai beretorika. Saya butuh kader yang rela turun ke bawah, ke akar rumput, menyatu dengan rakyat," tegasnya.
Megawati mengungkapkan bahwa dirinya menerima penunjukan kembali sebagai ketua umum PDIP dengan penuh tanggung jawab.
Ia menyebut amanah tersebut bukanlah sebuah kehormatan semata melainkan beban sejarah yang harus dijalani.
"Saya terima dengan penuh rasa tanggung jawab bukan dengan kegembiraan tetapi dengan perenungan. Karena kepercayaan itu bukan pujian. Dia adalah beban sejarah. Kepercayaan itu adalah perintah rakyat dan amanah ideologis," ujarnya.
Artikel Terkait
Hotman Paris Desak Prabowo Bebaskan 8 Importir Gula, Ini Alasannya!
Mahfud MD: Amnesti Hasto & Abolisi Tom Lembong Bukti Hukum Tak Boleh Jadi Alat Politik!
Prabowo Beri Abolisi Tom Lembong dan Amnesti Hasto Kristiyanto, Ini Tanggapan Ikrar Nusa Bhakti
Jokowi Buka Suara soal Prabowo Beri Abolisi ke Tom Lembong
Ade Armando Kupas Reaksi Publik Soal Amnesti Hasto dan Abolisi Tom Lembong
Jawab Kritik Atalia Soal Ruang Kelas Padat, Dedi Mulyadi: Hanya 38 Sekolah, Itu pun Terpaksa