Ramai Bendera One Piece Berkibar, DPR Minta Aparat Waspadai Potensi Provokasi

bisnisbandung.com - Fenomena berkibarnya bendera bajak laut dari anime dan manga populer One Piece di berbagai wilayah Indonesia tengah menjadi perhatian publik.

Kejadian ini viral di media sosial, dengan sejumlah warga terlihat mengibarkan bendera karakter fiksi tersebut di atap rumah, kendaraan, hingga fasilitas umum, bahkan bertepatan dengan momentum menjelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Merespons hal ini, anggota Komisi II DPR RI, Firman Soebagyo, menyatakan bahwa fenomena tersebut tidak terjadi secara merata di seluruh wilayah.

Baca Juga: Kematian Arya Daru Masih Menyisakan Tanda Tanya, Kriminolog Nilai Kepolisian Timbulkan Kebingungan

Namun demikian, Firman menilai bahwa pengibaran bendera One Piece tidak bisa dilihat semata sebagai ekspresi budaya pop.

Menurutnya, simbol bajak laut tersebut memiliki potensi untuk dimaknai sebagai bentuk perlawanan terhadap otoritas atau simbol ketidakadilan.

“Tetapi ini bisa menimbulkan masalah ketika tidak ada edukasi tentang One Piece ini. Oleh karena itu, ini bisa menimbulkan hal-hal yang negatif dan bisa menimbulkan konflik politik,” lugasnya dilansir dari youtube Official iNews.

Baca Juga: Pakar Gestur Ungkap Emosi Tersembunyi Polisi Saat Sampaikan Hasil Penyelidikan Kematian Arya Daru

Ia mengingatkan bahwa dalam konteks bangsa yang saat ini dianggap stabil secara politik, penggunaan simbol-simbol semacam itu bisa memunculkan interpretasi provokatif.

Firman juga menilai bahwa jika fenomena ini dilakukan dengan maksud simbolik melawan status quo, maka perlu dipertanyakan siapa sebenarnya yang dimaksud sebagai pihak yang dilawan.

Ia menyebut bahwa pemerintahan saat ini dipimpin oleh presiden terpilih secara demokratis, dan telah menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai keadilan dan keterbukaan, termasuk melalui kebijakan amnesti dan abolisi atas kasus-kasus yang dinilai tidak adil.

Lebih lanjut, Firman menggarisbawahi pentingnya edukasi publik terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam ruang sosial.

Ia mengingatkan bahwa tidak semua lapisan masyarakat memahami konteks budaya populer seperti One Piece, sehingga tanpa pemahaman yang memadai, simbol ini bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menyebarkan narasi provokatif.

Baca Juga: Jawab Kritik Atalia Soal Ruang Kelas Padat, Dedi Mulyadi: Hanya 38 Sekolah, Itu pun Terpaksa