Tragedi Brigadir Nurhadi Bukti ‘Molimo’ Merusak Penegak Hukum, Pandangan Jurnalis Senior

photo author
- Minggu, 13 Juli 2025 | 13:00 WIB
Hersubeno Arief , Jurnalis FNN (Tangkap layar youtube Hersubeno Point)
Hersubeno Arief , Jurnalis FNN (Tangkap layar youtube Hersubeno Point)

bisnisbandung.com - Jurnalis senior Hersubeno Arief mengungkap keprihatinan mendalam atas kematian Brigadir Muhammad Nurhadi, anggota Polda NTB, yang ditemukan tewas di kolam renang sebuah vila di Gili Trawangan.

Menurutnya, tragedi ini mencerminkan krisis moral serius dalam tubuh aparat penegak hukum, yang tidak lagi sekadar kasus individual, melainkan bisa menjadi indikator kerusakan sistemik.

“Jadi semua pelanggaran yang kalau dilakukan oleh orang sipil saja membuat kita jadi miris, apalagi ini dilakukan oleh aparat penegak hukum. Ini saya kira jadi ini mesti jadi semacam bahan introspeksi dari kepolisian mengapa hal itu sampai terjadi,” ungkapnya dilansir dari youtube pribadinya.

Baca Juga: Mantan Jaksa Serukan Jangan Hanya Zarof Ricar yang Jadi Tumbal, Kemungkinan Jaringan Lebih Luas

Dalam pandangannya, kasus ini tidak berdiri sendiri. Hersubeno mengaitkan peristiwa ini dengan ajaran Jawa klasik yang dikenal dengan istilah “Molimo” lima larangan besar yang dianggap menjadi akar kerusakan moral, berjudi, mabuk, mencuri, mengonsumsi narkoba, dan berzina.

Ia menilai bahwa hampir seluruh unsur “Molimo” terlihat dalam kronologi kejadian yang melibatkan dua perwira polisi dan dua perempuan panggilan.

Lebih dari sekadar pelanggaran etik, Hersubeno menekankan bahwa tragedi Nurhadi merefleksikan kerusakan mendalam dalam mentalitas dan perilaku sebagian aparat.

Menurutnya, pesta narkoba dan minuman keras yang terjadi di antara para tersangka tidak hanya memalukan, tapi juga menjadi bukti lemahnya pengawasan internal.

Baca Juga: Jerat Hukum Makin Berat, Zarof Ricar Tersangka Lagi di Temuan Baru Kejaksaan

Ia menilai bahwa hal semacam ini menunjukkan adanya toleransi terhadap perilaku menyimpang di dalam institusi.

Hersubeno juga menyoroti kondisi korban, seorang bintara polisi yang justru menjadi korban dari dua atasannya.

Ia menyandingkan kasus ini dengan tragedi sebelumnya yang melibatkan Irjen Ferdy Sambo dan Bripda Yosua, yang menurutnya sama-sama menunjukkan adanya hierarki kekuasaan yang disalahgunakan hingga berujung pada kekerasan dan kematian.

Jurnalis tersebut tidak melihat peristiwa ini sebagai insiden biasa. Baginya, ini adalah “paket lengkap” kehancuran moral di tubuh aparat penegak hukum dari perilaku menyimpang seperti mabuk, narkoba, seks bebas, hingga dugaan korupsi untuk membiayai gaya hidup mewah.

Baca Juga: Perbanyak Impor, Demi Redam Tarif Trump Indonesia Tawarkan Belanja USD 34 Miliar

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X