bisnisbandung.com - Teror yang dialami redaksi Tempo, berupa kiriman kepala babi dan enam tikus terpenggal, menciptakan kekhawatiran mendalam di kalangan jurnalis dan pemerhati kebebasan pers.
Pemimpin Redaksi The Jakarta Post, M. Taufiqurrahman, menyampaikan pandangan pesimis terkait kemungkinan pengungkapan kasus ini.
“Terus terang, saya agak pesimis, ya. Karena begini, mungkin saya tarik ke belakang dulu ke gambaran yang lebih besar. Dalam tiga sampai lima tahun terakhir, kita mengalami kemunduran demokrasi,” ucapnya dilansir dari youtube Kompas TV.
Baca Juga: Fenomena TNI di Jabatan Sipil, Selamat Ginting: Sudah Lebih dari 4.000 Orang!
Menurutnya, situasi kebebasan pers di Indonesia saat ini berada dalam tekanan yang mengkhawatirkan.
“Dan pada saat yang sama, kemunduran itu juga diikuti oleh penurunan kebebasan media. Konsekuensi logis dari kemunduran demokrasi adalah berkurangnya kebebasan media,” lanjutnya.
Taufiqurrahman melihat insiden teror terhadap Tempo sebagai refleksi dari kemunduran demokrasi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Kemunduran ini, menurutnya, berbanding lurus dengan penurunan kebebasan media. Dalam dua dekade terakhir, kebebasan pers merupakan salah satu pilar demokrasi yang dijaga dengan baik. Namun, perkembangan terkini menunjukkan adanya regresi yang mencemaskan.
Dalam atmosfer politik saat ini, media menghadapi tantangan besar, termasuk tekanan dari pemerintah populis yang lebih memilih untuk berkomunikasi langsung dengan masyarakat dan cenderung melewati peran media tradisional.
Hal ini mengakibatkan peran media sebagai pilar demokrasi menjadi terpinggirkan, sehingga menurunkan efektivitas media dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap pemerintah.
Baca Juga: Rudi S Kamri Desak Pecat Hasan Nasbi, Dukung Polri Usut Teror ke Tempo
Taufiqurrahman juga menilai bahwa dalam iklim politik yang sedang mengalami tekanan ini, kebebasan pers berpotensi semakin terancam.
Hal ini membuatnya kurang optimis bahwa teror terhadap Tempo akan diusut hingga tuntas. Ia menganggap bahwa ancaman terhadap media kritis seperti Tempo merupakan gejala dari situasi kebebasan pers yang semakin tertekan.
Artikel Terkait
Presiden Prabowo Jangan "Semau Gue", Ikrar Nusa Bhakti: Jika Tak Ingin Indonesia Tenggelam
Harga Cabai Sempat Naik, Prabowo: Produksi Aman, Jangan Kebanyakan Makan Pedas!
Sri Mulyani & Airlangga Mundur? Hendri Satrio: Ini Bocoran Nama Pengganti di Kabinet Prabowo
Saham Bisa Naik Turun, Prabowo: Pangan Tetap Nomor Satu
Resmi! Indonesia Masuk New Development Bank, Prabowo: Ini Akan Percepat Transformasi Ekonomi
“Mas Prabowo Kembalilah ke Jati Diri Anda” Amien Rais Ingatkan Agar Hentikan Penggunaan Frasa Kasar