Rocky Gerung juga menyoroti bahwa di beberapa negara maju seperti Inggris, keberadaan polisi dianggap lebih penting dibanding pemimpin negara.
Rocky Gerung juga membahas bagaimana satire digunakan sebagai bentuk kritik terhadap kekuasaan.
Ia mencontohkan lagu-lagu protes dari musisi dunia seperti Bob Dylan dan Nina Simone yang mengkritik pemerintahan dengan cara yang cerdas dan mendalam.
"Di luar negeri kritik terhadap kekuasaan bisa dikemas dalam seni dan musik. Tapi di sini kritik sedikit saja langsung dianggap ujaran kebencian. Padahal kritik itu adalah bagian dari demokrasi," ungkapnya.
Baca Juga: Banjir Besar Rendam Bekasi, Ketinggian Air Capai Lebih dari 3 Meter
Menurut Rocky Gerung fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum terbiasa dengan kebebasan berekspresi.
Aparat keamanan pun menurutnya masih terlalu reaktif terhadap kritik.
Rocky Gerung menegaskan bahwa demokrasi harus dikembalikan ke jalurnya agar masyarakat bisa kembali berdiskusi secara bebas.
"Kita harus membiasakan adanya perbedaan pendapat. Forum-forum diskusi seperti ILC yang dulu jadi simbol kebebasan berbicara kini sudah tidak ada. Itu tanda bahwa ruang demokrasi semakin dipersempit," tutupnya.***
Artikel Terkait
Dibalik Danantara, Yanuar Rizky: Solusi Mitigasi Krisis atau Justru Mempercepatnya?
Garut Bakal Punya Pabrik Sepatu Besar! Dedi Mulyadi Siapkan Strategi untuk 10 Ribu Karyawan
Mangkrak? Ilalang & Bebek Menguasai IKN, Hendri Satrio: Bakal Jadi Hutan Lagi?
Aulia Postiera Ungkap Skandal Korupsi Pertamina, Pertalite yang Dioplos Jadi Pertamax
Rocky Gerung Sindir Istana, Juru Bicara Puluhan Tapi Komunikasi Pemerintah Buruk
Band SukaTani Dibungkam! Sobary: Mereka Bicara Kebenaran!