Rano Karno dan Pramono Anung, yang menjadi pasangan calon dari partai politik, dianggap sebagai figur kompromi yang tidak cukup menarik bagi rakyat Jakarta.
Ridwan Kamil, yang akhirnya maju di Jakarta atas permintaan Prabowo, juga menghadapi tantangan yang sama.
Meskipun ia lebih tertarik untuk bersaing di Jawa Barat, Ridwan Kamil akhirnya bersedia maju setelah mendapat jaminan bahwa Anies tidak akan ikut dalam Pilkada Jakarta.
Dengan kondisi politik yang rumit ini, munculnya gerakan "coblos semua" menjadi semakin signifikan.
Baca Juga: 10 Hal yang Perlu Dihindari Agar Sukses dalam Interview Kerja
Hersubeno Arief mencatat bahwa gerakan ini tumbuh sebagai bentuk kekecewaan masyarakat terhadap pilihan yang tersedia.
Meskipun tidak akan membatalkan Pilkada atau mengubah hasil pemilihan, gerakan ini menjadi simbol perlawanan terhadap para kandidat yang dianggap tidak sesuai dengan harapan rakyat.
Hal ini menunjukkan adanya keresahan publik yang lebih besar dari sekadar memilih pemimpin. Anies, meskipun tidak maju, tetap memiliki pengaruh kuat dalam kontestasi politik Jakarta.
Ketidakmampuan partai-partai politik untuk mengusung calon yang diinginkan masyarakat ialah Anies dan Ahok, memunculkan potensi maraknya golput, yang dapat mengancam legitimasi hasil Pilkada.***
Baca Juga: Berikut Jadwal dan Lokasi Penukaran Tiket Konser Bruno Mars di Jakarta
Artikel Terkait
Perang Bintang Andika Perkasa vs Ahmad Luthfi, Hendri Satrio: Duel Sengit di Pilkada Jateng
Harta Fantastis Andika Perkasa dan Ahmad Luthfi, Siapa yang Lebih Kaya di Pilkada Jateng?
Prabowo Sebut Pilkada Jawa Barat Ngeri-Ngeri Sedap, Adi Prayitno: Ketegangan Memuncak!
Jokowi dan Prabowo Alasan Anies Gagal Maju Di Pilkada, Hendri Satrio: Sudah Bisa Diprediksi
Said Iqbal: Menyongsong Pilkada yang Adil untuk Semua, Bukan Hanya yang Kaya
Mengguncang Pilkada Banten, Raffi Ahmad Memimpin Tim Kampanye Andra Soni-Dimyati