Tradisi Sakral Malam Satu Sura Di Jawa, Begini Maknanya

Bisnisbandung.com - Malam satu suro dalam tradisi jawa, memliki makna yang sakral. Dimulai sejak masa pemerintahan Sultan Agung.

Sultan Agunglah yang mengingatkan bahwa pada malam satu sura tidak boleh berbuat sembarangan, tidak boleh berpesta, dan wajib laku prihatin.

Maka pada malam satu sura disarankan untuk menepi, menyepi melakukan meditasi dan berdoa.

Pada malam satu sura, orang-orang dilarang untuk bepergian dan keluar rumah. Kita disarankan berdiam diri di rumah dan berdoa.

Pada malam satu sura, kita tak boleh bicara dan bersisik. Layaknya orang berpuasa, harus senantiasa bertindak, berpikir dan berbicara yang baik saja.

Baca Juga: 4 Sifat yang Disukai Uang, Mereka akan Mudah Mendekat Karena Menyukaimu, Salah Satunya Menghargainya

Pada bulan sura, tidak diizinkan menikah. Karena dikhawatirkan akan mendatangkan kesialan.

Pada malam satu sura juga tidak diperbolehkan untuk pindah rumah. Dikhawatirkan akan membawa bencana.

Masyarakat di Surakarta, biasanya melakukan tradisi berjalan dalam hening, di malam Satu Sura.

Tradisi malam satu sura biasanya dimulai dengan berdoa bersama dengan membaca shalawat di Keraton Kasunanan Surakarta.

Setelah selesai berdoa, lalu menunggu hingga pukul 12 malam, untuk kemudian berjalan keliling kota Surakarta.

Baca Juga: 5 Cara Menekan Pengeluaran Agar Tidak Membludak, Buat Kamu Bisa Menabung Lebih Banyak lho!

Biasanya dalam tradisi ini, para wanita mengenakan kebaya hitam, jarik sogan dan sanggul mbangun tulak.

Sementara para lelaki mengenakan atela ataupun beskap hitam, jarik, dan blangkon.