Penghuni kampung kuno tersebut terdiri dari banyak suku antara lain Melayu, suku orang laut dan suku orang darat.
Sebagian warga Pulau Rempang dengan ketiga suku itu sudah tinggal sejak lama dari tahun 1934 sebelum Indonesia merdeka.
3. Masyarakat adat
Menurut laman kebudayaan Kemendikbud, Kemendikbud Orang Darat atau Orang Oetan (hutan) diyakini sebagai penduduk asli Batam.
Baca Juga: Kereta Cepat Jakarta-Surabaya cuma butuh waktu 3 jam 40 menit. Begini respon Agus Windharto
Keberadaan Orang Darat di Pulau Rempang (Batam) disebutkan dalam sejumlah arsip kolonial Belanda.
Pada 4 Februari 1930, Controleur Onderafdeeling Tanjungpinang, P. Wink mengunjungi orang darat di Pulau Rempang.
Tampilan orang darat tidak terbiasa hidup di laut, tidak memiliki sampan dan hidup dari bercocok tanam.
Baca Juga: Berikut Beragam Model Blouse, Silakan Sista Pilih Yang Sesuai Bentuk Tubuh
4. Warganya tergusur di kampung sendiri
Masyarakat adat yang tinggal di 16 Desa kuno Pulau Rempang sangat menentang pembangunan kembali proyek pengembangan kota ramah lingkungan.
Mereka menganggap desanya mempunyai nilai sejarah dan budaya yang sangat penting bahkan sebelum Indonesia merdeka.
Oleh sebab itulah kenapa hingga saat ini warganya menentang keras relokasi Pulau Rempang termasuk Gerisman Ahmad.
Baca Juga: Bantu Palestina akhiri konflik dengan Israel? Begini tanggapan Kemenlu Rusia Maria Zakharova
5. Dipilih menjadi Proyek Staregis Nasional
Artikel Terkait
Asli buatan PT. INKA? Penampakan Kereta Cepat Merah Putih rute Jakarta-Surabaya
Sejumlah kejanggalan kasus kopi sianida dibalik kematian Mirna. Benarkah Jessica Kumala Wongso tidak bersalah?
Tolak IKN sampai berani tantang Panglima Jilah, Siapakah sebenarnya sosok Panglima Pajaji ?
Presiden Jokowi Menggelar Rapat Terbatas di Istana Merdeka untuk Membahas Proyek Strategis Nasional (PSN)
Kunjungan Presiden Jokowi ke Kabupaten Subang: Dukungan untuk Pertanian di Desa Ciasem Girang
Penanganan Darurat Sampah, Pj Wali Kota Bandung Lakukan Dialog dengan Warga