Kritikan serupa juga menyerukan boikot terhadap Netflix, menyebut keputusan casting tersebut sebagai tindakan yang tidak sensitif terhadap realitas sosial dan sejarah.
Namun, sutradara dan tim produksi film ini menyatakan bahwa pemilihan aktor dilakukan berdasarkan visi kreatif
“Kami berusaha menggambarkan Maria sebagai sosok universal yang bisa menginspirasi semua orang, terlepas dari latar belakang budaya atau politik,” ungkap Caruso.
Baca Juga: Ancaman Asing di Sektor Kesehatan: Agung Sapta Adi Ungkap Risiko Tersembunyi
Terlepas dari kontroversi yang ada, “Mary” berusaha menghadirkan interpretasi baru atas kisah klasik yang telah dikenal selama ribuan tahun.
Film ini tidak hanya menggugah melalui ceritanya, tetapi juga mengundang diskusi lebih luas tentang sejarah, budaya, dan sensitivitas di era modern.***