Bisnis Bandung, (BB) --- Pakar Ekonomi/Guru Besar ITL Trisakti Jakarta, Prof. Dr.Rully Indrawan MSi mengemukakan, berdasarkan pengamatan dan merujuk kepada data, sepanjang tahun di tahun lalu, kecuali kuartal satu, kita mengalami kontraksi ekonomi yang lumayan dalam. Walau dibanding negara-negara lain, ke dalamannya tidak sedalam negara seperti AS, Singapura, Cina, dan negara Eropa.
Namun syukurnya Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) memasuki tahun 2021 menunjukan indikasi positif walau di quartal 2 dan awal quartal tiga, kita mengalami gangguan dampak pandemic tahapan kedua. Namun di akhir tahun alhamdulillah masih bisa positif di kisaran 3%. Defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2021 turun menjadi sebesar Rp783,7 triliun atau 4,65 persen dari produk domestik bruto (PDB). Capaian ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan target awal sebesar Rp1.006,4 triliun atau 5,7 persen dari PDB yang ditetapkan dalam APBN 2021.
"Pelaku usaha tampaknya mulai bangkit, pemulihan ekonomi sudah menampakan hasil yang cukup menjanjikan. Namun meskipun ekonomi Indonesia tumbuh positif, namun kita belum merasa aman dengan situasi sekarang. kita berharap pertumbuhan ekonomi minimal 5,2 persen di tahun 2022 sesuai target APBN. Karena ada ancaman varian baru yang bisa saja mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat, dan sisi demand maupun supply terganggu lagi sebagaimana tahun-tahun awal pandemic", ungkapnya kepada Bisnis Bandung (BB), di Bandung.
Prof. Dr.Rully Indrawan MSi memaparkan, indikator LPE di tahun 2021 meningkat adalah, antara lain, pelaku usaha pada semua skala kembali beroperasi. Tumbuhnya ekonomi, juga ditandari dengan realisasi pendapatan negara hingga 31 Desember 2021 mampu tumbuh Rp 2.003,1 triliun atau 114,9 persen dari target APBN 2021 yang sebesar Rp1.743,6 triliun. Capaian tersebut tumbuh 21,6 persen lebih tinggi dibandingkan APBN tahun 2020 yang sebesar Rp1.647,8 triliun. "Kalau bicara secara umum masa pandemic, sector yang mengalami pertumbuhan positif selain pertanian, juga sektor kreatif dengan basis IT, serta Kesehatan. Sedang yang mengalami hantaman cukup keras adalah pariwisata, transportasi, dan jasa konvensional"
Menurutnya, pemerintah telah mengelurkan seperangkat kebijakan untuk pemulihan ekonomi dengan dipayungi oleh PP nomor 43/2020 dimana pemerintah aktif dalam berbagai sisi, baik sisi permintaan maupun penawaaran. Ini yang menjadikan usaha nasional tidak mengalami dampak lebih buruk akibat pandemic semisal negara-negara lain. "Bila LPE tidak sesuai target tentu berdampak pada penyediaan kesempatan kerja. Dan penerimaan pemerintah pun mengalami penuruan. Yang berdampak langsung pada belanja pemerintah yang terganggu dan program pembangunan terhambat. Ujungnya pada peningkatan angka pegangguran dan kemiskinan"
Guru Besar ITL Trisakti Jakarta itu memproyeksikan, di tahun 2022 pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun 2022 mencapai 5,2%. Namun itu bukan hal yang mudah di tengah n dinamika pemulihan dan reformasi structural yang terus belansung. Belum lagi, adanya risiko ketidakpastian kinerja perekonomian karena pandemic belum menunjukan ujungnya. Kinerja ekonomi tahun 2022 bisa tercapai, bila ditopang oleh pulihnya konsumsi masyarakat, investasi, dan juga perdagangan internasional. Artinya keesempatan kerja harus benr-benar terjaga.
Agar LPE sesuai dengan target, upaya/kebijakan yang harus diambil oleh pemerintah tampaknya harus tetap menjalankan program-program pemulihan ekonomi dan sekaligus menjaga stabilitas makroekonomi sehingga dapat menurunkan angka kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan pada tahun 2022. Pemerintah harus juga melanjutkan program perlindungan sosial dan penciptaan kesempatan kerja sehingga tingkat kemiskinan diharapkan dapat turun kembali pada kisaran 8,5-9%, tingkat pengangguran terbuka 5,5-6,3%, dan gini ratio atau rasio ketimpangan akan menurun menjadi 0,376-0,378. Dengan demikian indeks pembangunan manusia tetap meningkat mencapai 73,41-73,46. Manfaat atau dampak jika keputusan tersebut diambil maka daya beli masyarakat tetap bertahan dan mungkin bisa meningkat, ini bisa menjadi pemicu bergeraknya sector ril di masyarakat" pungkasnya kepada BB. (E-018)****