BISNIS BANDUNG - Sebanyak 64,3 % dari 1.000 orang lebih responden memiliki masalah psikologis menderita depresi terkait kesehatan jiwa dampak pandemi COVID-19.
“Gejala cemas dan depresi yang dirasakan ialah rasa takut dan khawatir berlebih, merasa tidak bisa rileks dan nyaman, mengalami gangguan tidur, dan kewaspadaan berlebih,” kata Psikiater dari PDSKJI dr Lahargo Kembaren, Sp.KJ pada konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, di Graha BNPB Jakarta yang dikutip Bisnis Bandung.com laman Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Jumat (19/11/21).
Dari 1.522 responden tersebut paling banyak adalah perempuan 76,1% dengan usia minimal 14 tahun dan maksimal 71 tahun. Responden paling banyak berasal dari Jawa Barat 23,4%, DKI Jakarta 16,9%, Jawa Tengah 15,5% dan Jawa Timur 12,8%. Swaperiksa kesehatan jiwa terkait COVID-19 tersebut memeriksa tiga masalah psikologis, yaitu cemas, depresi trauma psikologis. Gejala cemas paling utama yang dirasakan responden adalah merasa sesuatu yang buruk akan terjadi, khawatir berlebih, mudah marah atau jengkel dan sulit untuk rileks. Sementara gejala depresi utama yang dirasakan gangguan tidur, kurang percaya diri, lelah tidak bertenaga dan kehilangan minat. Hal itu dirasakan oleh para responden pada separuh waktu dan hampir sepanjang hari dalam dua minggu terakhir. Sebanyak 80% responden mengalami trauma psikologis terkait COVID-19. Sebanyak 80 % orang memiliki gejala stres pascatrauma psikologis karena mengalami atau menyaksikan peristiwa tidak menyenangkan terkait COVID-19. Dari responden yang mengalami trauma psikologis tersebut, 46 % mengalami gejala berat, 33% gejala sedang, 2% gejala ringan dan 19% tidak ada gejala. Gejala stres setelah trauma yang menonjol adalah merasa berjarak dan terpisah atau tidak terhubung dengan orang lain dan merasa terus waspada, berhati-hati serta berjaga-jaga. Selain itu ada pula gejala lain seperti mati rasa, ledakan kemarahan atau mudah kesal, sulit tidur, dan memiliki masalah konsentrasi.
Warga Jabar diperiksa
Ribuan warga Jawa Barat mengikuti sesi konseling dalam jaringan (online) yang diselenggarakan Gerakan Titik Koma bekerja sama dengan DPW Partai NasDem Jawa Barat,baru-baru ini. Tidak sedikit di antara mereka merupakan penderita gangguan kesehatan mental akibat pandemi Covid 19 yang saat ini masih terjadi.
Sebanyak enam psikolog dan pembicara lainnya dihadirkan untuk memotivasi mereka agar mentalnya kembali pulih Ridwan Kamil mengataku, sepanjang pandemi Covid-19, tercatat 60 % warga Jabar mengalami tekanan psikis, cemas, dan khawatir. Selain itu, terdapat 5.000-an anak yatim dan yatim piatu yang ditinggal orang tuanya karena meninggal dunia akibat Covid-19. Bahkan, lanjut Ridwan Kamil , 80% di antaranya sudah memasuki fase depresi.Dari konsultasi, 80% sudah menyatakan level depresi. Orangtua tidak bisa ajari anak (belajar daring). Orangtua kena PHK. Bansos tidak sesuai harapan. Juga termasauk jumlah perceraian di Jawa Barat naik. Selain itu akibat merosotnya kondisi ekonomi. Gangguan mental juga terjadi karena semakin berkurangnya interaksi di antara warga masyarakat.Berbagai tekanan hidup yang dialami masyarakat hanya dipendam sendiri, sehingga semakin memberatkan beban psikis mereka. (B-003) ***