HNW : WNI Harus Mematuhi PPKM Darurat Pemerintah Lengah Membiarkan WNA  Masuk Indonesia

photo author
- Kamis, 8 Juli 2021 | 18:15 WIB
HNW
HNW

BISNIS BANDUNG - Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid mengapresiasi pernyataan Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut 90 % penularan Covid-19 di Jakarta berasal dari varian Delta. Dia juga menyoroti warga negara asing (WNA) yang masih bebas masuk ke Indonesia, termasuk lengahnya pemerintah dalam melarang WNA dari India dan negara lain masuk, membawa virus varian Delta.

Padahal, Pemerintah mengakui 90 % penularan Covid-19 di Jakarta berasal dari varian Delta yang pertama kali teridentifikasi di India. Sebelumnya, dari 127 warga negara (WN) India yang masuk ke Indonesia, sebanyak 12 orang dinyatakan positif Covid-19.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pun menyebutkan, bahwa lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini bukan disebabkan oleh mudik, melainkan varian Delta yang penularannya dikenal lebih cepat dari varian lain.

Melihat fenomena tersebut, Hidayat Nur Wahid mengaku heran dengan pemerintah yang masih membiarkan WNA masuk. Hal itu disampaikan Politisi PKS tersebut dalam unggahan di akun media sosial pribadinya pada Rabu, 7 Juli 2021.

Hidayat Nur Wahid menyindir pemerintah yang terlalu sibuk menyekat Warga Negara Indonesia (WNI) yang mudik, sehingga tak fokus menangani masuknya WNA.

Jujur akui 90 persen penularan Covid-19 di Jakarta berasal dari varian delta dari India, karena lengah tak larang WNA dari India dan lain-lain masuk membawa virus varian delta India? Karena sibuk menyekat WNI yang mudik?!,” ungkapnya  dalam akun Twitter @hnurwahid yang dikutip Bisnis Bandung.com .

Tetapi, meski telah kecolongan lanjut, Hidayat Nur Wahid mengaku aneh dengan pemerintah masih tetap membiarkan WNA masuk.  Sementara WNI justru harus mematuhi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Spekulan obat memanfaatkannya

Sementra itu Konsorsium Masyarakat untuk Kesehatan Publik mendesak pemerintah‎ menertibkan para spekulan yang memanfaatkan krisis pandemi Covid-19 dengan menaikkan harga obat-obatan.

Pemerintah juga didesak meminta maaf kepada publik karena tak mampu mengendalikan dan mengatasi pandemi Covid-19 yang semakin gawat. Seperti diketahui,‎ situasi gawat darurat pandemi Covid-19 akhir-akhir ini semakin memprihatinkan.  Lonjakan kasus Covid-19 yang berujung pada kematian terus meningkat drastis. Hingga 6 Juli 2021, data nasional mencatat setidaknya 61.868 orang meninggal terkonfirmasi positif corona.

Ironisnya 1.607 pasien Covid-19 yang meninggal dari data tersebut, menurut pusara digital https://nakes.laporcovid19.org/‎ adalah tenaga kesehatan.Sejak Juni hingga 25 Juli 2021, 265 jiwa meninggal dunia saat  melakukan isolasi mandiri, akibat sulitnya mendapatkan bantuan medis. Serta 63 pasien Covid-19 meninggal karena pihak rumah sakit kehabisan ketersediaan oksigen.

Berdasarkan pantauan konsorsium beberapa hari lalu, terjadi antrean panjang di toko-toko penjual tabung oksigen, khusus di DKI Jakrata , antrean terjadi sekitar Matraman, Jakarta Timur dan Manggarai, Jakarta Selatan.Tidak berhenti sampai di situ, kesulitan untuk mendapatkan obat-obatan juga dialami oleh masyarakat yang harus menangani kasus Covid-19 isolasi mandiri. (B-003) ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X