BISNIS BANDUNG - Kepala Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Piter Abdullah memprediksi utang luar negeri (ULN) Indonesia cenderung melambat di tahun 2020. Hal ini disebabkan oleh merebaknya virus korona.
Dikemukakan Piter, utang luar negeri Indonesia melambat bukan serta-merta karena pemerintah maupun swasta , melainkan karena disebabkan kegiatan ekonomi yang memang turun. Termasuk, demand domestik dan permintaan ekspor yang terus melambat.
“Dengan adanya virus corona, perlambatan itu akan tetap berlangsung pada tahun ini. Oleh karena itu diperkirakan perlambatan ULN swasta masih akan terjadi,” kata Piter belum lama ini.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri Indonesia sampai dengan akhir kuartal IV-2019 sebesar US$ 404,3 miliar. Dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) senilai Rp 14.000/ per dolar AS, maka utang luar negeri kita sebesar Rp 5.660 triliun.
Pencapaian utang luar negeri tersebut tumbuh 7,7% year on year (yoy) dibandingkan dengan realisasi kuartal IV-2018 senilai US$ 376,8 miliar. Namun , realisasi pada periode tersebut lebih rendah daripada kuartal III-2019 yang tumbuh 10,4%.
Menurut Piter, perlambatan utang luar negeri swasta akan terus berlanjut turun pada kuartal I-2020. Di sisi lain, utang luar negeri pemerintah akan tetap tumbuh melambat bila kebijakan untuk mengutamakan penerbitan Surat Utang Negara (SBN) domestik tetap berlanjut.
“Dengan melambatnya pertumbuhan utang swasta, risiko dari utang luar negeri bisa lebih terjaga,” tutur Piter.
Defisit anggaran
Diperoleh keterangan , BI dalam laporannya menjabarkan utang sektor publik oleh pemerintah dan bank sentral menjadi kontributor terbesar dengan capaian senilai Rp 202,9 miliar setara Rp 2.840 triliun.
Sementara itu, utang sektor swasta termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menorehkan utang sebesar US$ 201,4 miliar atau sama dengan Rp 2.819 miliar. Setiap awal tahun selalu ada aktivitas rutin yang bikin repot pemerintah dari sisi anggaran. Pasalnya, setiap lonceng tahun baru berdentang, Kementerian Keuangan (Kemkeu) bergegas mencari siasat guna menutup defisit anggaran .
Sejak awal anggaran disusun, pemerintah sudah mematok besaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020. Untuk tahun 2020 pemerintah menetapkan target defisit sebesar Rp 307,2 triliun atau 1,76% dari produk domestik bruto (PDB). (B-003) ***