BISNIS BANDUNG - Ketika Anda menyalakan televisi, dapat ditebak akan melihat banyak iklan ditayangkan. Sama halnya saat dalam perjalanan menuju tempat kerja atau dalam perjalanan ke obyek wisata. Anda akan melihat papan-papan iklan berbagai produk terpancang di pinggir jalan, baik dalam bentuk papan iklan atau neon box , bahkan spanduk yang dipasang membentang di atas jalan. Iklan seolah mengepung kita secara membabi buta tanpa pandang bulu siapa yang lewat dan melihat.
Pemasang iklan berusaha untuk menciptakan dan memperkuat brand awarneness dari produk yang ditawarkan. Lebih dari itu , bila perlu seolah segala macam cara mereka lakukan.
Produsen dan kreatif iklan, memang memiliki banyak cara untuk menarik perhatian target sasaran pasarnya. Misalnya, dengan humor, pengakuan diri dan lainnya. Disamping itu ada pula cara beriklan yang menggunakan model sensualitas kaum hawa. Anda mungkin pernah melihat pameran mobil mewah keluaran terbaru. Dalam pikiran Anda, mungkin terbersit pertanyaan ; apa sih hubungannya cewek-cewek seksi dengan mobil yang dipamerkan. Dalam hal ini barangkali sang produsen dan kreatif iklanlah yang punya jawabannya. Teman saya, Yudi Prasetyo, wartawan Bandung Televisi (Bandung TV) yang biasa meliput kegiatan otomotif, hanya menjawab dengan senyuman. ” Biasa bae kang di pameran mobil mah, selain menampilkan mobil teranyar, juga menampilkan SPG yang cantik-cantik,” ujar Yudi mengenai SPG di pameran mobil.
Para kreatif periklanan menganggap iklan sebagai upaya mencuri prhatian benak konsumen melalui pembentukan persepsi. Sebab itu mereka harus bisa menampilkan atau menghasilkan sebuah pesan yang menarik dan unik agar punya daya pikat pada target pasar.
Melihat banyak iklan yang menggunakan model sensualitas kaum hawa, mungkin bisa dijadikan indikasi banyak produsen yang berhasil meraih hasil penjualan produknya melalui iklan model sensual. Walau tentunya ada resiko yang mencuat, yakni pro dan kontra masyarakat atas iklan tersebut. Karenanya iklan, pihak produsen maupun kreatif iklan yang menggunakan kemolekan tubuh kaum hawa harus cermat dan hati-hati jika tidak ingin menuai hujatan dan protes yang bisa saja berdampak bagi produk yang diiklankan ”diacuhkan” konsumen alias penjualannya tidak sesuai target.
Penggunaan model sensual kaum hawa dalam iklan, banyak yang menonjolkan paras cantik, lekuk tubuh atau berpakaian minim dibanding keahklian, kemampuan kerja dan lainnya. Etika beriklan, tampaknya bukan masalah benar atau salah, pantas atau tidak pantas. Dalam hal ini tergantung pada produsen dalam memilih area yang mampu membidik target pasar dalam bingkai standar moral masyarakat. Di tengah-tengah pro dan kontra, model sensualitas telah mewarnai dunia pemasaran, mulai dari penggunaan kata-kata yang mencitrakan konotasi rangsangan sampai model seksi. Sensualitas seolah menjadi umpan agar konsumen melirik dan menjadi pembeli produk yang ditawarkan.
Menurut Terence A Shimp dalam bukunya “ Advertising, Promotion and Supplemental Aspect of Integrated Marketing Communications” materi sensual dalam periklanan bertindak sebagai daya tarik untuk mengambil perhatian untuk jangka lama. Disamping simbolis untuk meningkatkan ingatan atas produk yang diiklankan, misalnya untuk produk vitamin .
Terence juga menyebut, penggunaan model sensual dalam iklan untuk membangkitkan emosional, seperti perasaan terangsang yang bisa meningkatkan dampak persuasif dari iklan. Iklan sesual bisa juga mencuatkan perasaan jijik, malu atau tidak senang. Oleh sebab itu, iklan dengan menggunakan model sensual tidak bisa diharapkan 100% memiliki efek positif. (B-003) ***