Awal tahun atau tahun baru pada kalender di Negara Ethiopia (Afrika Timur) jatuh pada tanggal 11 September . Sedangkan untuk tahun penghitungannya berbeda delapan tahun, misalnya saat ini tahun 2020 , dalam perhitungan mereka baru tahun 2012 .
Sama halnya dalam penghitungan waktu (jam) , walau jarum jam sudah menunjukan pukul 12.00 , mereka tetap pada pendiriannya bahwa waktu masih pukul 04.00 , walau sudah siang hari. Hal lain yang menarik dan unik di Ethiopia dilakukan penduduk Kota Harar , penduduk kota ini akrab dengan Hyna , binatang sebesar anjing kampung yang dikenal buas . Binatang yang menyerupai srigala ini , hidup berkelompok , mampu melumpuhkan Singa si raja hutan . Namun kepada warga Kota Harar sikap buasnya menjadi lunak. Kenapa ? Karena kebaikan penduduk Kota Harar yang secara turun temurun biasa memberi makan berupa daging , hingga binatang buas ini mengetahui sang majikan pemberi makan . Di luar majikannya , jika didekati , Hyna akan menyeringai dengan gigi tajam siap menerkam dan mengoyak mangsanya. Kota Harar juga , dikenal sebagai situs sejarah keagamaan yang dipercaya sebagai kota suci ketiga di dunia. Situs keagamaan lain bagi yang beragama Kristen Ortodok adalah Lallibela , sebuah gereja bawah tanah yang dibangun di atas bukit batu . Orang Ethiopia penganut agama Islam maupun Kristen Ortodok memiliki kalender dan waktu tersendiri . Mereka merayakan tahun baru yang jatuh pada tanggal 11 September setiap tahunnya . Ethiopia sebuah negara yang terletak di benua Afrika, tepatnya di Afrika Timur. Ethiopia yang merupakan salah satu negara tertua di dunia ini tidak pernah dijajah oleh negara Eropa selama masa perebutan wilayah Afrika yang terjadi di antara tahun 1880 hingga tahun 1914. Namun setelah masa perebutan wilayah Afrika , Etiopia pernah diduduki oleh Italia dalam waktu singkat (tahun 1936 – 1941). Italia berhasil dikalahkan oleh pasukan Etiopia dan Britania Raya (Inggris Raya) pada tahun 1941. Sebelum saya menginjakan kaki di Ethiopia , saya membayangkan negara dengan ibukota Addis Ababa ini merupakan negara miskin dengan suhu udara panas dan gersang yang sempat muncuatkan tragedi rakyatnya kelaparan , hingga menyita perhatian masyarakat dunia . Kini Ethiopia tengah giat membangun di berbagai sektor . Sejak saya turun di Bandara Addis Ababa , kota yang juga sebagai ibukota Uni Afrika ini udaranya sejuk , bersuhu udara antara 17 – 20 derajat celsius. Addis Ababa berada pada ketinggian 2300 di atas permukaan laut (dpl) . Selain dataran tinggi, di Ethiopia terdapat dataran terendah di dunia. Sebagai negara berkembang, umumnya penduduk Ethiopia adalah petani kopi dan bunga . Dua produk pertanian tersebut menjadi komoditas ekspor ke Eropa dan Arab , khusus produk bunga mawar kualitas unggulan negara ini , di ekspor sampai ke Jepang dan negara-negara Asia. Secara geografis Ethiopia berbatasan dengan Kenya dan Somalia, mayoritas penduduknya beragama Islam dan Kristen Ortodok yang hidup rukun berdampingan. Yang membedakan antara orang Muslim dan Kristen Ortodok terlihat dari kaum perempuannya.
Perempuan Kristen sehari-harinya menggunakan kerudung putih , sedangkan perempuan muslim menggunakan hijab aneka warna , jadi tidak hanya menggunakan satu warna saja. Uniknya antara yang beragama Islam dan Kristen Ortodok , yakni dalam mengkonsumsi daging . Walau gerai pedagang daging sapi berdampingan , pemeluk agama Islam tidak akan membeli di gerai pedagang daging untuk pemeluk agama Kristen dan sebaliknya pemeluk agama Kristen tidak akan membeli daging sapi di gerai pedagang daging untuk orang Islam .
Makanan pokok orang Ethiopia berupa roti tipis bernama Inzera hasil permentasi dari tepung Tef , sedangkan minuman tradisionalnya populer disebut Tej yang berbahan baku madu. Menu tradisional lainnya yang dikonsumsi warga berupa sajian daging mentah giling dengan campuran serbuk cabai (Babare) yang disajikan hanya dalam waktu tertentu .
Mengenai warga negara Indonesia yang bermukim di Ethiopia , jumlahnya kurang lebih sekitar 150 orang. Umumnya bekerja sebagai karyawan pabrik tekstil . Di antara warga negara Indonesia di Ethiopia , saya berkenalan dengan Kang Yayat Suratman , orang Priangan Timur , tepatnya asal Kota ”Galendo” Ciamis Jawa Barat. Ia sudah bermukim di Ethiopia lebih dari 11 tahun, bekerja di sebuah perusahaan sabun dengan jabatan General Manajer PT. Sinar Ancol , perusahaan milik warga Ethiopia. Oleh Kang Yayat , saya sering dijamu makanan khas Priangan , tapi bukan makanan berbahan ikan laut , karena di Ethiopia sulit untuk mendapatkan ikan laut . Etiopia merupakan negara yang tidak memiliki wilayah laut dengan luas wilayah 1.104.300 km2. (Secuil catatan : Abay dari Ethiopia) ***