BISNIS BANDUNG - Bupati Dadang Naser menilai, alih fungsi lahan telah mengakibatkan tidak tertahannya air di wilayah hulu yang menyebabkan DAS Citarum tidak bisa menampung debit air yang besar.
“Kami ingin mengembalikan komoditas kina sebagai ikon, seperti tertera pada lambang Pemkab Bandung,” ungkap Bupati.
Dadang menyebut , para lahan kritis tersebut dulu merupakan perkebunan kina yang produknya bisa menembus pasar Internasional.
“Kina sempat menjadi komoditas primadona khas Kabupaten Bandung, bahkan ada pabrik pengolahannya. Namun ironis, kini bahan bakunya bukan lagi asli dari Kabupaten Bandung, melainkan di impor,” ucap Dadang .
Terkait alih fungsi lahan yang dilakukan oleh masyarakat petani untuk ditanami sayuran, Bupati menduga bukan semata kehendak petani. Disinyalir ada pihak-pihak tidak bertanggungjawab di belakangnya yang menginkan lahan tersebut menjadi milik pribadi.
Karenanya , lanjut Bupati , pihaknya berupaya melindungi para petani dari para makelar tanah dengan memperkuat koordinasi dengan Camat setempat , bekerjasama dengan sektor-sektor Citarum Harum dan melibatkan Kepolisian, agar mafia tanah tak merongrong masyarakat.
Dikemukakan Bupati , terkait penanaman lahan kritis dengan tanaman pohon kina, sebelumnya harus dibangun kesepahaman dengan masyarakat petani yang ingin menanam di lahan kritis . ”Baginya, akan menjadi strategi yang hebat jika PTPN memberikan bantuan bibit, mengedukasi pola tanam dan hasilnya dibeli oleh PTPN.“Soal komoditas yang ditanam silakan didiskusikan, namun kami sarankan komoditas kina tetap diutamakan,”ungkap Bupati pada acara penandatanganan kesepakatan antara Bupati Bandung H. Dadang M. Naser dan Direktur Utama PTPN VIII DR. Ir. Wahyu, baru-baru ini di rumah jabatan Bupati di Soreang.
Menurut Direktur Utama (Dirut) PTPN VIII DR. Ir. Wahyu , bahwa kesepakatan antara Bupati dan pihaknya merupakan tindak lanjut upaya mempertahankan kelestarian alam. Ia menyebut, dari 23.000 hektar lahan perkebunan di Kabupaten Bandung, hampir 3000 hektar dalam kondisi kritis.
Pihaknya mencatat, dari 3000 hektar lahan kritis, terletak di Kecamatan Pangalengan dan Ciwidey. 1.700 hektar di antaranya berada di bantaran DAS Citarum yang banyak digunakan masyarakat untuk ditanami sayuran.
Selain pohon kina, Wahyu menyarankan juga tanaman kopi dengan jarak renggang 4 meter, selisih 2 meter dengan penanaman kopi pada umumnya. Jarak tersebut agar dapat ditanami sayuran oleh masyarakat. Penanaman pohon kopi, sudah dilakukan di Kertasari sebanyak 240.000 batang pohon yang bibitnya berik PTPN VIII.
“Kami menargetan 1.500 hektar akan ditanami kopi yang dikirim dari Sukabumi. Pohon kopi dapat dimiliki petani, sedangkan untuk pengamanannya akan bekerjasama dengan Satgas Citarum Harum agar tanaman kopi terhindar dari pengrusakan,” ujar Wahyu menambahkan. (B-003) ***