Corak batik sering dipengaruhi sebuah budaya lokal . Seperti batik Jogja, Pekalongan dan Cirebon, bahkan beberapa kota di Indonesia sudah memproduksi dan mempopulerkan corak batik tersendiri. Kain batik yang diproduksi di kota-kota yang popular dengan kain batiknya, tidak jarang mencetak motif/corak batik dengan menampilkan dua budaya.
Misalnya corak batik (motif) Cirebon yang menampilkan pengaruh budaya China dan Cirebon karena masa silam Kota Cirebon menjadi tempat persinggahan para saudagar dari berbagai negara yang berdagang ke Pulau Jawa melalui pelabuhan laut Cirebon, di antaranya bangsa China.
Pengaruhnya bisa terlihat pada motif batik bergambar kebudayaan China, selain kemungkinan berasal dari pengaruh perkawinan Sunan Gunung Jati dengan seorang putri saudagar dari China, hingga tercipta sebuah pengaruh pada motif batik Cirebon.
Sekilas mengenai Sunan Gunung Jati dengan nama asli Fatahillah , dikenal juga dengan sebutan Syarif Hidayatullah atau Syekh Nurullah.
Ia adalah penyebar agama Islam di Jawa Barat yang pernah mendirikan kerajaan di Banten dan Cirebon yang berhasil menguasai Pelabuhan Sunda Kelapa. Sunan Gunung Jati wafat sekitar tahun 1570 Masehi , dimakamkan di kawasan perbukitan Gunung Jati yang berada di sebelah utara Kota Cirebon.
Sunan Gunung Jati termasuk dalam jajaran Wali Sanga. Keberadaan batik kini terus berkembang, dimiliki hampir oleh setiap kota/kabupaten dengan ciri khas corak batik kedaerahan masing-masing.
Misalnya, di wilayah Jawa Barat terdapat corak batik khas Garut, Tasikmalaya, Cimahi, Bogor, Indramayu , selain Cirebon yang dipasarkan khusus di kawasan Trusmi.
Di Jogjakarta , batik berbagai macam corak akan banyak ditemukan di pasar Pringharjo atau pasar khusus batik di Pekalongan. Batik kini menjadi pakaian nasional yang dipakai mulai masyarakat umum, artis sampai pejabat negara.
Pada Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober 2012 aneka ragam batik dipertontonkan dalam pameran maupun bentuk lain. Perkembangan batik tidak sebatas tumbuh di tingkat lokal, regional atau nasional, di pasar internasional.
Batik produk Indonesia memiliki daya saing komparatif dan kompetitif. Menurut data Bidang Pengembangan Jasa Teknis Balai Besar Kerajinan dan Batik, setiap tahunnya pertumbuhan batik Indonesia terus meningkat. Bahkan telah menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia.
Pertumbuhan batik ditopang antusiasme masyarakat untuk menggunakan batik, baik pegawai negeri, BUMN , perusahaan swasta , masyarakat , pelajar serta berbagai kalangan yang mendorong meningkatnya permintaan produk batik dan tumbuhnya industri batik nasional. (B-003) ***