Fenomena gerhana bulan yang dikenal sebagai supermoon, disambut umat manusia di bumi dengan berbagai cara. Menyambut fenomena alam yang terjadi seratus lima puluh tahun sekali tersebut, para budayawan menggelar ritual menyambut kekuasaan sang Pencipta. Salah satunya, adat budaya Sunda mapag samagaha, dengan menggelar upacara ritual rajah pangbage di atas atap sebuah hotel di kota Bandung, Rabu malam.
Mapag Samagaha atau menyambut gerhana, itulah nama upacara ritual yang biasa dilakukan suku Sunda, saat gerhana bulan total yang disebut supermoon.
Sejumlah budayawan Sunda yang berasal dari dalam maupun luar kota Bandung, sangat khidmat melakukan upacara ritual rajah pangbage.
Dengan iringan musik tradisional khas sunda, diantaranya kecapi dan tetabuhan dari alat musik bambu, seorang sinden atau juru kawih, dengan khidmat melantunkan lagu buhun. Mereka juga sengaja menyiapkan berbagai sesaji, mulai dari kelapa muda hingga bunga aneka rupa.
Budayawan sunda, abah ajat surya darajat mengatakan, fenomena alam seperti supermoon harus menjadi momen introspeksi sekaligus melihat tanda-tanda alam. Di sunda, fenomena seperti ini biasanya disambut dengan mapag samagaha, dengan ritual rajah pangbage.
Sementara itu, seorang aktivis di komunitas sunda, andry kantaprawira mengatakan, ritual mapag samagaha menunjukkan, sesepuh masyarakat dan budayawan sunda sudah mengenal astronomi dan supermoon, dan dihitung dalam kalender sunda, sebagai fenomena alam yang perlu diperingati.
Ritual budaya yang dilakukan turun temurun di kalangan masyarakat sunda ini, dilakukan untuk penyambutan sekaligus mengingatkan agar manusia tetap menghargai dan membaca tanda-tanda alam yang diperlihatkan sang pencipta.
Melalui tanda-tanda alam, umat manusia harus selalu besyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, terlebih masih bisa menyaksikan fenomena yang terjadi 150 tahun sekali itu.
Yuwana Kurniawan, BandungTV.
https://youtu.be/sRARxvX64yw