Ekspor Kayu Gelondongan Kemunduran Hilirisasi

photo author
- Minggu, 3 Desember 2017 | 09:45 WIB
opini anda
opini anda

KAYU dari Indonesia memiliki kualitas dan jenis yang sangat baik. Karena itu sangat banyak industri pengolahan kayu di luar negeri yang bersedia membeli  kayu Indonesia dengan harga cukup tinggi. Berkaitan dengan pasar yang menggiurkan itu, timbul wacana, Indonesia akan kembali mengekspor kayu bulat atau gelondongan seperti yang pernah dilakukan masa lalu. Diprediksi, Indonesia akan menjadi pengekspor kayu bulat utama di dunia. Negara-negara penghasil kayu dipastikan akan kalah bersaing dengan Indonesia. Soalnya, Indonesia memiliki berbagai jenis kayu berkualitis tinggi,baik sebagai bahan baku industri mebel maupun industri perkayuan lainnya.

Nilai ekspor Inonesia akan bergerak sangat cepat karena harga kayu akan terus naik. Makin sempitnya lahan hutan produksi, terdesak tanaman sawit dan holtikultura bernilai ekonomi tinggi, ketersediaan kayu bulat semakin berkurang. Kayu jati yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun di daerah Jatim dan Jateng, sudah hampir habis ditebang. Jenis kayu lainnya dari hutan Kalimantan dan Sumatera, kini semakin berkurang. Pembangunan rumah, mebel, dan produk lain yang berbahan baku kayu, semakin menurun. Karena kayu msemakin langka, para pembuat rumah sudah lebih banyak yang menggunakan baja ringan atau alumunium. Industri mebel sudah lama mengurangi produk berbahan kayu jati. Jenis kayu yang dulu lebih banyak dignakan sebagai kayubakar, seperti randu, albiso, karet, waru, jengkol, dan sejenisnya, kini sudah biasa digunakan sebagai bahan pembuatan mebel, tiang, kusen, dan sebagainya.

Beberapa dekade lalu, bahkan secara tradisional, Indonesia permah menjadi pengekspor kayu gelondongan (log). Kayu dari Kalimantan seperti ulin, borneo, mkeranti, dan lain-lain, berkapal-kapal dikirim ke luar negeri. Berbagai jenis kayu  yang laku keras di pasar global, menjadi incaran para eksportir. Saat itu, permukaan Sungai Barito dan Kapuas penuh kayu gelondongan yang sedang antre masuk  kapal pengakut di pelabuhan-pelabuhan ekspor. Akibatnya, semua jenis kayu di semua hutan di Indonesia nyaris habis, dibabat orang, baik legal maupun ilegal. Pembabatan hutan illegal yang dikenal dengan istilah illegal loging menjadi isu  nasional.

Pemerintah baru engeuh ketika lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan badan dunia melihat, hutan di sepanjang garis katulistiwa benar-benar gundul. Kita tahu, hutan tropis itu merupakan paru-paru dunia. Karena penggundulan hutan itulah, banyak barang berbahan kayu dari Indonesia ”diboikot” tidak boleh masuk pasar global. Pemerintah segera membatasi ekspor kayu bulat, termasuk bahan baku lain seperti rotan. Namun Indonesia mengalami kesulitan luar biasa ketika punya niat menghutankan kembali daerah-daerah yang tadinya berupa hutan konservasi.Penanaman kelapa sawit jauh lebih menguntungkan dari segi waktu tanam dan manfaat langsungnya.

Wacana ekspor kayu log yang entah dari mana sumbernya, mendapat tentangan keras dari kalangan industri kayu olahan. Mereka khawatir produksinya akan kolaps akibat tidak ada bahan baku. Kayu dan rotan yang selama ini masih ada di dalam negeri, meskipun jumlah dan jenisnya terus menurun, nanti akan hilang sama sekali. Pada era perdagangan luar negeri mengalami peninmgkatan,  industri kayu olahan, baik mebel maupun kraf, dan produk kreatif lainnya,  punya masa depan yang semakin cerah. Pasar luar negeri semakin terbuka. Agar tren itu terpelighara bahkanm terus menguat, masyarakat berharap ekspor kayu gelondongan dan rotan mentah itu hanya berupa wacana dan tidak akan pernah dilaksanakan.

Pemerintah harus punya komitmen dalam melindungi industri hilir dan terutama menjaga kelestarian hutan. Kembalikan jenis-jenis kayu yang kini semakin langka. Lakukan pemurnian bibit bahkan merekayasa bibit kayu baru yang berkualitas swejenis jati. Pemerintah hendaknya memegang niat meningkatkan produktivitas dan kualitas barang olahan. Bagaimana pun industri hilir merupakan penunjang ekonomi. Nilai ekspor barang jadi jauh lebih besar dibanding ekspor bahan baku. Jangan biarkan maraknya lagi illegal loging dan pembabatan hutan ilegal.

Kewajiban pemerintah mendorong tumbuhnya industri hilir jangan justru dipangkas dengan makin langkanya bahan baku.  Kayu dan rotan merupakan bahan industri yang memiliki pleksibilitas tinggi. Keduanya dapat dibuat berbagai keperluan berskala besar seperti pembangunan perumahan dan infrastruktur. Keduanya juga dapat dibuat berbagai kerajinan tangan. Kini bermunculan kraf dari limbah kayu seperti hiasan dinding bahkan jam dan kacamata.

Indonesia wajib memelihara hutan tropis sebagai paru-paru dunia. Kita harus bersyukur, Sang Pencipta menakdirkan kita sebagai bangsa penjaga pernafasan dunia. Jangan abaikan pepancen itu.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X