Gerai Ritel makin Terdesak

photo author
- Minggu, 26 November 2017 | 06:45 WIB
opini anda
opini anda

PEDAGANG eceran (ritel) kini makin terdesak. Di beberapa kota besar, terutama di Jakarta, semakin banyak gerai ritel atau kios pengecer yang tutup. Mereka tidak dapat bertahan karena ditinggalkan para pembelinya. Dua tahun terakhir ini, perdagangan di perkotaan makin didominasi perdaganghan berbasis daring. Perdagangan e-commerce terus tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi.

Menurut Menteri Koordonator Bidang Ekonomi, Darmin Nasution,  tutupnya gerai ritel akan terus berlangsung. Hal itu merupakan kenyataan yang tidak dapat dipilih-pilih lagi. ”Kita harus siapkan diri kita bahwa ritel itu pasti terpengaruh dengan perkembangan ini,” kata Menko Ekonomi. Perkembangan teknologi yang sangat cepat mendorong perdangan beralih dari cara konvensional ke arah e-comerce. Perdagangan berbasis digital sekarang ini sangat fenomenal dan dalam waktu dekat akan menggantikan perdagangan konvensional. Desakan itu akan terasa oleh semua pedagang eceran, pemilik kios, gerai-gerai di pasar tradisional  dan pasar serba ada.

Darmin Nasution mengatakan, e-cokmerce mengalami peningkatan sampai delapan kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Namun, kata Menko, hal itu tidak bepengaruh terhadap partumbuhan ekonomi nasional. Penutupan gerai yang akan berlanjut itu bukan merupakan tanda terjadinya perlambatan ekonomi. Perekonomian saat ini sedang mengalami dinamika dan terus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknolgi.

Masih menurut Menko, meskipun e-commerce terus berkembang, nilai perdagangan tersebut masih kecil dan bertumpu pada komoditas tertentu. Artinya masih ada celah bagi gerai atau kios  eceran konvensional, dan pasar tradisional, untuk bertahan. Namun perkembangan tekonologi digital itu sangat pesat, para  pengecer tidak bisa hanya berdiam diri. Mereka ditutntut turut serta mengikuti perkembangan teknologi. Mereka harus berupaya menjadi bagian dari proses digitalisasi. Memahami seluk beluk teknologi komunikasi berbasis internet menjadi keharusan yang tidak boleh diabaikan dan dibiarkan menggilas usahanya yang tetap konvensional.

Perdagangan berbasis daring merupakan bagian dari melesatnya teknologi internet. Indonesia memiliki potensi sangat besar dalam hal penggunaan internet. Saat ini pengguna internet di Indonesdia mencapai 132 juta orang Meskipun demikian, menurut Menko Ekonomi, seperti dimuat PR (18/11), penggunaan internet baru untuk rekreasi. Pengguna internet di Indonesia masih berada pada tataran euphoria. Mereka seolah-olah mendapat mainan baru yang luar biasa menariknya. Media sosial menjadi arena permainan, olok-olok, saling menghujat, penyebaran berita bohong (hoax), pornografi, dan berbagai unsur penipuan. ”Ini harus dipikirkan bagaimana caranya agar internet tersebut bisa lebih banyak digunakan untuk kegiatan produktif,” kata Darmin Nasution.

Sangat banyak kegiatan produktif melalui internet, antara lain perluasan pasar industri kreatif, promosi pariwisata, penyebaran pengetahuan, dan sebagainya. Kegiatan e-commerce merupakan lahan usaha yang memiliki masa depan sangat cerah. Daya jangkaunya yang sangat luas dan tidak terbatas pada wilayan negara, komunikasi, promosi, dan transaksi dapat berlangsung secara cepat, tepat, dan murah. Hal itu akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi termasuk perkembangan UMKM. Menurut Menteri Komunikasidan Informatikam Rudiantara, dalam dua tahun terakhir ini pertumbuhan ekpnomi sektor digital tumbuh dua digit padahal sektor lain tumbuh hanya satu digit. Apalagi kalau masyarakat pengguna internet mau hijrah dari hura-hura berbasis digital ke perilaku peroduktif.

Perubahan penggunaan internet dari rekreasi ke produktif membutuhkan waktu, mental, dan edukasi. Para pelaku usaha, khususnya pelaku ekonomi kreatif harus terus didorong menjadi pengusaha berbasis digital. Generasi Now yang dalam kesehariannya tidak dapat berpisah dengan gaget, diarahkan sebagai generasi pengguna internet yang produktif, kreatif, dan santun. Merekalah generasi yang akan mampu menggenggam dunia. Perkembangan ekonomi berbasis internet membutuhkan remaja kreatif, tenaga kerja yang menguasai coding dan programer yang handal.

Dalam situasi seperti itu, perdagangan  konvensional belum terlalu terkendala dengan majunya perdagangan berbasis internet. Pasar tradisional, warung-warung kecil, terutama di perdesaan masih punya waktu untuk mulai masik ke e-commerce. Semua bidang usaha tidak akan dapat bertahan dalam kenyamanan konvensional. Semuanya akan dan  harus berubah. Bersiaplah! ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X