INDONESIA tengah memacu hilirisasi industri, terutama industri berbasis agro dan mineral. Halm itu dikemukakan Sekjen Kementrian Perindustrian, sepertui dimuat KOMPAS (9/11). Sekjen Kemenperin, Haris Munandar, mengatakan, hilirisasi industri mendorong komoditas berkembang secara berlipat. Sekjen mencontohkan, komoditas kelapa sawit. Indonesia jangan lagi hanya mengandalkan produk kerlapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO). Indonesia harus memperluas produk kelapa sawit ke produk turunannya.
Produksi minyak kelapa sawit dan turunannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017 produkdi minyak sawit beserta turunannya mencapai 60,75 juta ton. Naik sigbnifikan disbanding tahun 2014 yang mencapai 49,7 juta ton. Bahkan, dalam dua tahun mendatang meningkat menjadi 65 juta ton. Artinya, komoditas kelapa sawit, termasuk minyak sawit, sudah memiliki produk hilir yangt cukup banyak. Menurut Kementrian Perindustrian, minyak sawit tahun 2015-2017 memiliki industri hilir 126 macam dan akan meningkat menjadi 154 produk dua tahun mendatang.
Hilirisasi merupakan langkah yang mau tidak mau harus dilakukan Indonesia. Secara histories, Indonesia dikenal sebagai eksportir komoditas tardisional. Indonesia pernah menjadigudang utama produk pertanian dan hasil hutran. Rempah-rempah, rotan dan kayu merupakan komoditas yabng menjadi andalan ekspor. Namun ekspor komoditas tidak mampu meningkatkan niolai ekspor karena factor harga . Komoditas Indonesia di negara industri diolah menjadi berbagai macam produk hilir yang punya nilai jual sangat tinggi. Indonesia termasuk Negara yang juga mengimpor produk hilir yang berasal dari produk hulu Indonesdia tersebut.
Produk kelapa sawit Indonesia kini menjadi andalan ekspor nonmigas Indonesia mengalahkan Malaysia yang justru merupakan negara pertama pengekspor kelapa sawit. Namun Indonesiaharus tetap waspada karena Negara laion penghasil kelapa sawit jauh lebih gencar dalam melakukan hilirisasi.Indonesia harus terus berupaya memperluas hilirisasi kelapa sawit. Minyak sawit mentah (CPO) ternyata merupakan bahan baku yang dapat diolah menjadi berbagai produk turunannya. Permintaan dunia terhadap minyak sawit dan turunannya terus meningkat. Peluang itu jangan sampai terabaikan dan diambil negara lain meskipun Indonesia sudah mengekspor produk olahan kelapa sawit antara 75 – 80 persen.
Bukan hanya kelapa sawit yang harus terus dicari turunannya.Komoditas lain juga harus terus dicari turunannya. Indonesia mengekspor batrubara, hasil pertanian berupa ubi-ubian, rotan, kayu gelondongan, dan sebagainya. Sekarang ekspor komoditas iu harus segera ditinjau kembali.Para ahli pengolahan harus bekerja lebih keras dan cepat mencarki turunan batubara, hasil pertanian, karet, kopi, dan sebagainya. Sekarang batubara mulai punya turunan berupa gas. Berdasarkan penelitianyang terus menerus, bisa jadi, produk hilir batubara itu masih sangat banyak. Begitu pula komoditas lain seperti, rempah-rempah, umbi-umbian, rotan, kayu, bambu, dan lain-lain, tidak lagi diekpor sebagai barang mentah. Indonesia harus terus mencari turunan produk hulu tersebut.
Hilirisasi merupakan solusi paling tepat dalam menjaga dan meninmgkatkan nilai ekspor. Hilirisasi juga dapat mendorong industrialisasi, meningkatkan pendapatan petani, dan membuka lapangan kerja. Peningkatan nilai ekspor harus diawali dengan peningkatan pasar luar negeri. Kewajiban para diplomat kita meyakinkan bahwa produk hilir Indonesia memiliki kualitas terbaik. Perluasan pasar daopat dilakukan dengan melaklukan pemetaan perdagangan dunia. Banyak negara yang dapat diajak kerja sama melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. ***