Belekok, ke Mana EngkauTerbang?

photo author
- Minggu, 29 Oktober 2017 | 06:45 WIB
opini anda
opini anda

APABILA kita naik kereta api Bandung-Cicalengka, kita akan melewati bentangan rawa (ranca-Sunda). Genangan air yang menyerupai danau itu terletak antara Stasiun Gedebage sampai Rancaekek. Dulu orang menyebut ranca itu Ciendog yang terdiri atas dua atau tiga ranca yakni Rancacili, Rancabayawak, yang betrbatasan dengan Rancakasumba di sebelah selatan kawasan itu. Kawasan itu diyakini sebagai sisa Dano Bandung.

Ranca yang sangat luas itu hanya dapat ditanami padi ketika musim kemarau. Pada musim hujan, ranca itu cukup dalam dan airnya penuh. Pada  ”pulau-pulau” dan pematang ranca itu terdapat betrbagai tumbuhan yang dihuni berbagai jenis burung. Burung yang paling banyak di kawasan itu hahayaman, belekok, bukaupih,  dan sedikit bangau di samping burung oceh, seperti titimplik, ciung, jalak, kerak munding, dan sebagainya. Sampai tahun 80-an di sepanjang jalan raya Bandung-Cicalengka dan Bandung – Majalaya, masih banyak orang yang berjualan burung hahayaman yang masih hidup. Para pemburu biasanya menggunakan jaring untuk menangkap burung di tepi ranca-ranca itu. Kata orang yang menyukainya, daging burung hahayaman dan bukaupih jauh lebih enak dibanding daging ayam.

Setelah pembangunan jalan by-pass, Soekarno-Hatta selesai kemudian disambung dengan pembangunan Jalan Tol Padaleunyi, pembangunan di sepanjang kedua jalan utama itu tidak terbendung lagi. Kiri-kanan kedua jalan itu makin hari makin penuh dengan bangunan, terutama perumahan. Ranca yang tadinya terbentang luas dari Gedebage sampai Rancaekek itu makin menyempit bahkan hilang sama sekali. Rancaekek dari ranca lainnya berubah jadi kota, Gedebage benar-benar berubah menjadi kawasan hunian mewah, hotel, dan perkantoran.

Panghuni cekungan Bandung sebelah timur itu , yakni burung, biawak, kura-kura, bernagai jenis ikan, kehilangan habitatnya. Sebagian besar punah bersama perubahan lingkungan itu. Dari beraneka ragam penghuni ranca itu kini tinggal beberapa puluh ekor burung belekok atau disebut juga kuntulkebo.  Burung-burung berwarna putih berkaki, dan berparuh  agak panjang itu berkumpul, membuat habitat baru. Mereka menempeti beberapa rumpun bambu dan satu dua pohon besar di Rancabayawak. Sedangkan hahayaman, bukaupih, dan bangau menghilang atau punah sama sekali.

Sampai tahun 90-an, ketika di daerah Gedebage, selatan Jl. Soekarno-Hatta, belum banyak bangunan, dari tepi jalan, sedikit ke timur Gedung Polda Jabar, kea rah selatan kita dapat melihat ratusan burung belekok. Rumpun bambu di kawasan itu berubah warna menjadi putih karena dipunuhi burung belekok.  Burung-burung pemangsa ikan, katak, dan keuyeup itu bukan burung migran, yang singgah di Rancabayawak untuk bertelur. Mereka merupakan penghuni lama tepi Dano Bandung. Baru tahun 90-an mereka menempati kawasan sempit di Rancabayawak karena habitatnya yakni bentangan rawa antara Gedebage-Rancaekek,  diserbu manusia.

Kini penghuni Rancabayawak itu tengah galau. Mereka sudah melihat dan mendengar deru mesin penggaruk tanah dan suara-suara para pekerja. Sebentar lagi Rancabayawak akan berubah menjadi kompleks perumahan mewah. Ke manakah kawanan belekok itu akan mengungsi?  Biasanya pada musim penghujan mereka akan terbang ke arah utara, sedangkan pada musim kemarau mereka akan terbang ke arah selatan, menuju pantai.  Akan tetapi mereka tidak mungkin terbang bersama anak-anak mereka. Anak-anak yang masih belajar terbang, tidak akan kuat terbang jauh sampai 100 km lebih. Anak-anak itu akan berjatuhan di perjalanan. Ditinggalkan di Rancabayawak? Tidak mungkin. Pikiran manusia yang dipenuhi keserakahan tidak mungkin menyelipkan rasa iba hanya terhadap anak-anak burung belekok.

Kalau saja semua belekok itu mampu menyampaikan pendapat, mungkin mereka akan  usul kepada Pemerintah Kota Bandung (secara administratif mereka termasuk penghuni Kota Bandung). ”Mengapa Rancabayawak tidak dibiarkan menjadi kawasan khusus hunian para belekok?” Ranca yang sekarang tidak terlalu luas itu  merupakan bukti sejarah, kawasan itu merupakan sisa danau purba yang legendaris, Dano Bandung.

Alangkah indahnya apabila di tengah kota sebesar Banduing, masih ada sebuah lingkungan yang dihuni ratusan burung belekok. Para turis dari berbagai kota akan datang menyaksikan keunikan itu. Pemkot tinggal membanguin infrastrukturnya,  memudahkan orang menuju kawasan itu. Rancabayawak akan sangat terkenal sampai mancanegara (Net Sum/bahan dari PR dan bacaan lain)***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X