Microhydro for Indonesia Gamma dari Ciptagelar

photo author
- Minggu, 15 Oktober 2017 | 09:45 WIB
opini anda
opini anda

GAMMA Abdurrahman Thohir baru berusia 17 tahun. Rermaja berbadan tinggi kurus itu tinggal di Kampung Adat Ciptagelar. Tepatnya Dusun Sukamluya, Desa Sinarresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lingkungan tempat tinggalnya merupakan prototipe kampung yang penduduknya sangat kental memegang adat istiadat leluhurnya. Meskipun mereka tidak menapikan kehidupan dan teknologi modern, warga Ciptagelar tidak melupakan tradisi. Mereka dengan konsisten memelihara budaya  yang lahir dan berkembang secara turun temurun.

Warga Kampung Adat Ciptagelar tampak berbeda dengan warga di luar kampung ketika meraka melakukan upacara adat. Waktu mulai menanam padi sampai panen, dan menyimpan hasilnya, selalu diwarnai dengan upacara adat. Di luar itu sama sekali tidak berbeda dengan masyarakat lain. Banyak warga Ciptagelar yang pulang pergi ke kota, bekerja, mencari nafkah tambahan, menuntut ilmu sampai perguruan tinggi. Para remajanya banyak yang bercita-cita tinggi, kreatif, sambil tetap mendalami adat istiadat kampung halamannya.

Salah seorang remaja ktreatif dari pedalaman Sukabumi itu ialah Gamma. Ia punya keinginan dan niat sangat keras, semua warga kampungnya mendapat penerangan listrik. Cita-citanya itu bukan hanya digenggam dalam hati tetapi ia melakukan berbagai penelitian dan percobaan. Hasilnya luar biasa, ia membuat pembangkit listrik mini berbasis aliran air. Program yang ia rintis sejak tahun 2015 itu ia beri nama ”Microhydro for Indonesia” Hasilnya itu ia ujicobakan dengan memberi penerangan listrik untuk tempat belajar anak-anak sekampungnya. Tempat belajar itu diberi nama ”Pojok Belajar”.

Pembangkit listrik tenaga air berskala kecil buatan Gamma itu berkekuatan 40 kW kemudian berkembang sehingga 75 rumah di kampungnya menjadi terang benderang. Kreativitas Gamma itu mendapat dukungan sebuah yayasan dari Jakarta. Yayasan itulah yang membawanya ke tingkat nasional dan bahkan internasional. Remaja Ciptagelar itu mendapat undangan berpresentasi di hadapan para pejabat negara. Beberapa waktu lalu Gamma menyampaikan presentasi di Pusat Kebuyaan Amerika di Jakarta.

Nama Gamma tercatat sebagai remaja kreatif yang punya perhatian khusus terhadap energi baru terbarukan. Menurut Gamma, seperti dimuat PR (9/10) Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) terbesar di dunia. Menurut riset Statistical Review of World Energy 2017 dan British Petroleum, konsumsi EBT Indonesia tahun 2016 tumbuh 7,1 % , tertinggi sepanjanmg 10 tahun. Konsumsi minyak 723,9 juta ton padahal Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan berupa air hingga 75.684 MW setara dengan 6,3 miliar ton minyak. Sekarang energi air sebesar itu baru termanfaatkan 3,3 juta ton setara minyak.

Kinerja Gamma yang luar biasa itu mendapat apresiasi pemerintah. Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar mengatakan, tenaga listrik yang dikembangkan Gamma itu dapat membantu program pemerintah dalam upaya pemerataan tenaga listrik di seluruh Tanah Air. Ia berharap inisiatif dan kreativitas Gamma dapat mendorong para pemuda Indonesia berkontribusi aktif bagi masyarakat.”Keberhasilan Gamma bukan untuk kepentingan personal tetapi  juga mampu menggerakkan semua anak muda berinisiatif dalam berbagai bidang dalam berkontribusi yang positif,” ujar Arcandra Tahar.

Benar, pembuatan mikro-hidro itu bukan yang pertama kali dilakukan  di Indonesia. Namun inisiatif Gamma meningkatkan taraf hidup masayarakat kampungnya merupakan catatan penting. Karena inisiatif Gamma, rakyat di Sinnaresmi, pedalaman Sukabumi itu, dapat menikmati cahaya listrik tanpa harus bersusah payah mengajukan usul. Mereka tidak lagi harus menunggu petugas PLN menarik kabel ke kampung adat yang memang jauh dari kota besar. Anak-anak dan remaja di kampung itu dapat balajar di bawah cahaya bohlam tidak hanya diterangi cahaya lampu minya yang temaram.

Keberhasilan yang didorong cita-cita mulia itu ternyata tidak harus datang dari para remaja berpendidikan tinggi dengan kehidupan serba glamour di hiruk pikuk kehidupan kota metropolitan. Inisiatif tulus itu datang dari seorang remaja 17 tahun, dari Dusun Sukamulya, Desa Sinarresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Catatan penting, kita tidak boleh meremehkan orang  ”pinggiran”, termasuk penduduk kampung adat di pedalaman sekalipun. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X