Peluang Usaha makin Terbuka, Koi Cianjur Kalahkan Koi Jepang

photo author
- Senin, 2 Oktober 2017 | 15:45 WIB
opini anda
opini anda

IKAN koi varietas lokal Cianjur dinobatkan sebagai juara utama (grand champion) dunia. Berita yang dimuat beberapa media massa itu sungguh merupakan prestasi membanggakan, bukan hanya bagi pemilik koi itu tetapi juga bagi bangsa dan negara. Koi milik Natasha-D. Suryana orang Bandung  itu tidak tanggung-tanggung, mengalahkan koi trah asli Jepang.

Menurut berita yang antara lain dimuat PR (25/9), koi sang Juara itu merupakan koi F1 varietas asagi kelompok botan dengan panjang 54 cm, lokal Cianjur. Ikan hias itu hasil pembiakan (breeding) yang dilakukan Damiri Koi Farm, Cibeber, Kabupaten Cianjur, milik pembiak ikan hias Idam Damiri. Disebutkan dalam berita itu, koi asagi lokal Cianjutr itu mengalahkan 817  koi yang diikutsertakan dalam kontes internasional itu. Para peserta berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan Jepang bahkan para jurinya juga berasal dari Jepang.

Sayang, kontes ikan hias koi internasional (ZNA Young Koishow 2017) itu kurang terpublikasikan, diselenggarakan di tempat eksklusif yakni Kompleks Perumahan Setraduta, Sarijadi Bandung. Dipastikan pengunjungnya juga terbatas padahal kontes itu merupakan sarana silaturahmi para penggemar dan peternak (pemijah) ikan hias. Kegiatan serupa itu juga akan mendorong tumbuhnya wirausaha baru. Pemijah dan pedagang ikan hias, khususnya ikan hias koi akan tumbuh dan berkembang menuju perusahaan berskala besar. Bukan hanya ikan hiasnya saja, tetapi dapat mendorong pembuatan akuarium, kolam, pengemasan, pakan, dan balai-balai penelitian dan pemurnian bibit unggul koi lokal. Kreativitas persilangan akan menghasilkan para kreator berselera tinggi.

Jawa Barat ternyata punya potensi sangat besar dalam dunia perikanana. Selain jenis ikan hias yang beragam, baik yang biasa hidup di kolam, sungai, danau, rawa, muara, maupun laut juga Jabar punya potensi besar dalam perikanan konsumsi. Potensi itu sampai sekarang masih merupakan potensi yang seyogianya dapat didorong menjadi kekuatan ekonomi. Para petani Jabar sudah biasa memelihara ikan baik di sawah, di kolam, maupun keramba dan jaring terapung. Keterampilan memelihara ikan itu seharusnya terus didorong sehingga mereka menjadi pembudidaya ikan handal dan menjadi kebanggaan Jawa Barat.

Sekarang lahan usaha itu semakin terbuka dengan dinobatkannya koi lokal Cianjur menjadi juara dunia. Mengapa tidak? Jabar menjadi pengekspor ikan hias terbesar di dunia, mengalahkan Jepang dan China. Potensinya ada, tinggal ada komitmen pemerintah, antara lain menerjunkan tenaga ahli dari perguruan tinggi untuk mengedukasi rakyat, khususnya para petani, petambak, dan pembuat pakan.

Benar, konsumen ikan di Indonesia masih jauh dari ukuran ideal. Namun bukan bearti orang Indonesia, khususnya orang Jabar tidak suka ikan. Secara budaya, orang Sunda itu lebih menyukai ikan air tawar darpada daging. Terlepas dari kemampuan atau daya beli masyarakat, orang Sunda di mana pun selalu menyertakan  ikan dalam menu makanan sehari-harinya. Mereka sangat gemar memancing ikan di sungai  atau rawa, hasilnya untuk dimakan bersama keluarga. Sekarang secara kuantitatif konsumsi ikan makin menurun. Tampaknya harus ada penelitian, mengapa hal itu terjadi. Mungkin akibat jumlah ikan di sungai, kolam, sawah atau danau, dan rawa., semakin langka. Pencemaran air akibat limbah, baik limbah industri maupun limbah domestik, termasuk limbah pertanian, memusnahkan semua jenis ikan. Sungai yang sedianya merupakan pundi-pundi ikan liar, sekarang tidak ada lagi ikan hidup di sungai, airnya sudah berubah menjadi genangan beracun. Rakyat yang biasanya sangat suka makan ikan, berganti dengan makanan instan yang bisa jadi tidak sehat dan menyehatkan.

Komitmen pemerintah menjernihkan sungai dan mendorong masyarakat mengonsumsi ikan,  merupakan momentum sangat tepat membangkitkan perikanan di Jawa Barat. Terpilihnya koi lokal Cianjur menjadi juara dunia juga merupakan saat sangat tepat mendorong para pemijah Jawa Barat mengembangkan benih ikan hias.

Jangan merasa rendah bila kelak Jabar menjadi penghasil ikan utama di Indonesia dan pengekspor ikan hias utama di dunia. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X